Jumat, 06 Februari 2009

SATU ABAD DUNIA DILANDA PERANG DAN KRISIS

Sudah hampir dua bulan blog ini belum ter-update. Selain karena kesibukan pekerjaan di akhir dan awal tahun yang cukup melelahkan dan menyita waktu, perasaan saya yang diliputi kebahagian setelah baru saja dikaruniai seorang putri pertama yang lahir awal tahun ini juga telah membuat saya fokus mencurahkan perhatian bagi istri dan putri saya.

Di sela-sela waktu menikmati kegembiraan itu, hati saya juga bersedih karena di akhir tahun 2008 tepatnya di awal tahun baru Hijriah 1430 H melalui berita saya menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina dibantai oleh Israel tanpa pandang bulu, walaupun dia itu wanita, orang tua, dan anak-anak. Termasuk menghancurkan rumah, sekolah, rumah sakit, fasilitas umum, bahkan 55 mesjid turut dihancurkan tentara zionis itu. Mereka memulai serangan tanggal 27 Desember 2008, tepatnya pada hari sabtu yang jelas-jelas mereka muliakan dan mereka pula yang melanggar.

Saat perang berlangsung, cukup banyak ide-ide yang ingin saya tuangkan dalam blog ini, agar senantiasa update dengan kondisi. Tetapi karena saat itu belum sempat, walaupun sekarang perang sudah berakhir (atau setidaknya sedang gencatan senjata) apa salahnya jika ide-ide itu saya tuangkan dengan bentuk yang lebih ringkas, dan saya yakin informasi ini cukup beguna dan relevan untuk diungkapkan.

Hampir selama dua bulan tanpa nge-blog saya buka-buka kembali buku-buku tentang perang yang saya miliki seperti Perang Eropa, PD II, dan Perang Pasifik semuanya karangan P.K. Ojong. Juga Cold War yang saya beli ketika sedang ada diskon buku di Orchad Roda Singapore. Tak lupa saya berselancar mencari artikel-artikel yang menggambarkan garis besar sejarah perang sipil sampai berdirinya negara AS. Juga perang yang terjadi di kawasan Timur Tengah seperti perang Irak, Iran-Irak, dst hingga saat ini. Nanti dalam tulisan ini, akan jelas bahwa rentetan perang yang begitu banyak tersebut muncul kepermukaan pasca runtuhnya Kekhalifahan Turki Usmani yang di Eropa dikenal dengan nama Ottoman Caliphates.

Mengutip tulisan-tulisan sebelumnya pada blog ini, sejak tahun 1900-an telah terjadi krisis ekonomi yang menerjang dunia yaitu tahun 1907, 1929, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, 1998-2001, 2008. Bagaikan kue lapis legit, ide tulisan ini cukup sederhana yaitu hanya dengan melakukan overlay antara dua lapisan yang berbeda, data perang di lapisan yang satu dan data krisis di lapisan yang lain.

Untuk meringkas tulisan ini agar bahasan tidak melebar saya mencoba membuat oret-oretan, berikut ringkasan urutan kejadian hasil dari overlay. Silakan bagi yang ingin mempertajam dan mengembangkan pembahasan untuk menggunakan kronologis yang saya ringkas ini:

1914-1918
Di tahun-tahun tersebut terjadi PD I, atau sebagian orang menyebutnya dengan Perang Eropa yang terjadi antara Inggris-AS dan sekutunya melawan Jerman dan sekutunya. Yang mesti kita ingat, beberapa tahun sebelumnya, yaitu 1907 dunia dilanda krisis setelah negara-negara barat yang sedang menikmati masa kejayaan revolusi industri menciptakan ekonomi yang menggelembung dan akhirnya pecah.

Disamping memang antar negara Eropa memiliki berbagai kepentingan masing-masing, perang adalah salah satu roda penggerak perekonomian. Perindustrian yang mandeg saat itu, dapat disubtitusi dengan kemajuan industri senjata yang memasok tank, senapan, pesawat tempur, kapal perang, kapal selam, amunisi, bom, meriam dll. Untuk membuat kapal perang lengkap dengan persenjataan dengan ketebalan plat baja 30 cm, dibutuhkan berjuta-juta ton bijih besi. Untuk menggerakan alat-alat perang dibutuhkan minyak dan batubara. Pasukan juga membutuhkan logistik dan obat-obatan yang dipacking dengan bahan khusus agar tahan terhadap cuaca dingin maupun panas. Kesemuanya itu dapat menggerakkan perekonomian. Angka pengangguran dapat ditekan dengan wajib militer, sehingga saat krisis lebih mudah untuk merekrut banyak orang menjadi prajurit. Disamping itu, bayangan akan reward setelah perang bagi pemenangnya juga menjadi iming-iming, berebut pengaruh dan kekuasaan, berebut daerah jajahan, berebut sumber-sumber minyak, batubara, dll.

Sejarah mengungkapkan fakta adanya keterlibatan tokoh-tokoh yahudi dibalik PD I. Posisi mereka yang tersebar bagai spora ke berbagai negara malah menguntungkan mereka untuk menjalankan aksi-aksinya. Tokoh-tokoh yahudi itu menduduki jabatan penting di negara-negara tersebut dan menjalankan aksi-aksinya untuk mendorong negara-negara itu maju ke medan perang. Hasil dari keterlibatan zionis yang sangat kentara di PD I terlihat dari kebijakan Inggris yang akhirnya keluar sebagai pemenang perang.

1918
Di tahun 1918 terjadi Deklarasi Balfour yang diprakarsai oleh Inggris sebagai pemenang perang dengan tujuan mendirikan negara Israel untuk menarik orang-orang Yahudi yang tercerai-berai di seluruh dunia ke satu tempat. Dapat dibilang deklarasi ini sebagai ‘balas budi’ Inggris kepada yahudi-zionis yang telah berjasa membantu mereka menang dalam perang, dengan memberikan ‘sebidang tanah’ untuk neraga israel di daerah-daerah yang dikuasai oleh kolonial Inggris yaitu sedikit di Afrika, sedikit di Amerika, sedikit di Asia, dan sedikit di Timur Tengah khusunya dareah Mesir dan Palestina.

Setelah menyeleksi alternatif dikoloni mana negara yahudi didirikan, akhirnya Palestina dipilih sebagai tanah tujuan. Hingga pada akhirnya dimulailah di tahun 1920 eksodus besar-besaran kaum yahudi diseluruh dunia, khususnya di Eropa agar mau mengungsi ke Palestina.

Sejarah mencatat bahwa tidak semua yahudi setuju akan pendirian negara zionis itu, bahkan banyak diantara mereka yang menentang zionisme karena bertentangan dengan ajaran Taurat. Hingga pada akhirnya tidak mudah untuk menyuruh kaum yahudi yang sudah mapan tinggal di negara-negara tempat mereka masing-masing selama beberapa generasi, ke tanah yang diberikan Inggris di Palestina.

Untuk mendorong mereka agar mau pindah, yahudi tidak mengenal belas kasihan walaupun terhadap sesama yahudi. Bila diperlukan mereka tidak segan melakukan paksaan, tekanan, dan teror di negara-negara Eropa. Tokoh-tokoh mereka pula yang sebenarnya mengobarkan sikap anti-semit atau anti yahudi di Eropa. Mereka pula yang menjadi dalang aksi teror, tekanan di negara-negara tersebut, hingga seolah-olah masyarakat yahudi awam tidak punya pilihan lain, selain meninggalkan kehidupan mereka beserta rumah dan harta bendanya selain yang bisa dibawa dan pindah ke Palestina.

1923
Tiga tahun setelah eksodus kaum yahudi dari Eropa ke Palestina, dunia kembali krisis. Tidak heran memang, karena tatanan perekonomian eropa yang dominan dikuasai oleh yahudi terpaksa ditinggalkan. Sehingga perdagangan dan industri sedikit banyak mengalami gangguan.

Di sisi lain, di tahun 1920-1929 terjadi pengusiran dan pembantaian besar-besaran bagi masyarakat arab penduduk asli di Palestina. Hal ini dilakukan demi menyediakan tanah bagi para pengungsi yahudi tersebut.

1924
Dunia Islam yang selama abad ke-6 Masehi berada di bawah satu naungan khalifah, dan terakhir di bawah bendera Kekhalifahan Turki Usmani (Ottoman Caliphates) pada akhirnya runtuh. Hal ini diprakarsasi oleh Kemal AttaTurk yang mengumumkan kepada dunia bahwa Kekhalifahan Turki di bubarkan, dan Turki menjadi negara biasa.

Belakangan diketahui bahwa Kemal AttaTurk yang oleh Eropa dianggap sebagai pahlawan, tapi bagi dunia Islam sebagai pengkhianat, adalah orang-orang yang terkooptasi oleh tangan-tangan yahudi. Yahudi-lah yang menyebarkan paham nasionalisme secara berlebihan hingga menyebar ke dunia Islam khususnya Arab, hingga pada akhirnya nasionalisme lebih menonjol daripada kecintaan atas landasan keimanan.

Seperti kita ketahui, bahwa Rasulullah SAW membawa ajaran untuk mencitai sesama muslim, dimana pun mereka berada tanpa terbatas oleh faktor geografis. Dengan ajaran tersebut Nabi SAW berhasil melebur dan mempersatukan dunia arab yang selama berabad-abad hidup dalam fanatisme kesukuan atau kekabilahan yang berlebihan (ashobiyah jahiliyah) hingga masing-masing kabilah berperang satu sama lain.

Sementara Kemal AttaTurk, yang berhasil di brainwash oleh yahudi mengajarkan sebaliknya, dengan menghidupkan kembali fanatisme kesukuan atau kekabilahan di dunia Islam yang dibungkus dengan nama nasionalisme. Aksinya itu diikuti oleh para penguasa-penguasa di negeri-negeri Islam yang haus kekuasaan dan sudah tidak perduli lagi dengan saudaranya sesama Muslim yang sedang dibantai dan diusir di Palestina, yang penting bukan suku mereka atau kabilah mereka yang dibantai atau diusir. Pada akhirnya rasa kesukuan dan kekabilahan membuat dunia Islam yang agung dan anggun yang sempat menguasai 2/3 daratan itu terpecah bercerai-berai menjadi negara-negara kecil.

Dunia Islam yang hidup tanpa kekhalifahan untuk pertama kalinya bagaikan anak-anak ayam yang ditinggal induknya. Justru hal inilah yang dimanfaatkan lebih jauh oleh kaum kolonial dan imperialis barat. Mereka mencaplok dan mempengaruhi anak-anak ayam itu menjadi bulan-bulanan mereka. Ada yang langsung dijajah (seperti Mesir oleh Inggris), ada yang dijadikan sekutu (seperti Saudi oleh Amerika), ada yang diperangi untuk memperoleh SDA, dll.

1930
Di tahun ini untuk kesekian kalinya, kembali dunia dilanda krisis tepat satu tahun setelah gelombang pertama pengiriman Yahudi ke Palestina yang berakhir di tahun 1929. Menurut catatan-catatan resmi, jumlah imigran Yahudi ke Palestina meningkat dari 100.000 pada tahun 1920an menjadi 232.000 pada tahun 1930an.

Gelombang perpindahan orang-orang Yahudi tetap tak surut selama Palestina ditangani Inggris. Akibat upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Zionis, sebanyak 232.000 orang Yahudi bermukim di Palestina antara 1930-1939.

Bisa kita bayangkan selama tahun 1920-1929 telah diungsikan 100.000 orang Yahudi yang notabene adalah orang-orang yang memegang perekonomian di negaranya masing-masing. Pemindahaan ini memberikan pukulan berat bagi perekonomian dunia saat itu, ditambah lagi eksodur gelombang berikutnya 1930-1939 yang berhasil membawa yahudi sebanyak 232.000 untuk tingal di Palestina.

Tahun 1940 terjadi lagi krisis, dan krisis ini tidak boleh dibiarkan secara berkepanjangan. Karena situasi semakin memburuk sesudah 9 tahun berselang sejak krisis 1930. Dunia perlu perbaikan dengan segera. Seperti halnya pada PD I, agen-agen yahudi kembali menebarkan fitnah antar negara, menyulut pihak kanan dan kiri, membuat opini agar dunia terbagi menjadi dua blok, German-Jepang berserta sekutunya melawan AS-Inggris dan sekutunya.

1939-1945
Tahun 1939 PD II tidak dapat dihindarkan lagi. Pearl Harbour di serang oleh Jepang sebagai permulaan terjadinya Perang Pasifik. Tak luput dari perang itu, Jepang masih menduduki wilayah RI dan mempertahankan diri dari serangan AS. Sementara AS terus maju merangsak dengan taktik leap frog-nya, dari Pasifik menuju Solomon Island-Papua Nugini-Sorong-Balikpapan & Tarakan, lalu naik ke Filipina, dan pada akhirnya sampai ke pulau-pulau kecil yang berada di dalam batas teritorial Jepang. AS menguasai Okinawa dan berujung dengan penaklukan Iwo Jima. Dari Iwo Jima-lah pesawat-pesawat bomber AS pada akhirnya dapat mencapai daratan Jepang dan melepaskan bom atom di Noroshima dan Nagasaki yang mengakhiri perlawan Jepang.

Sementara di sisi lain, di Eropa Jerman yang awal mulanya diatas angin dengan menduduki Paris, Belanda, Polandia, dan wilayah Eropa lainnya pada akhirnya membuat blunder dengan menerapkan perlawanan yang kaku. Pasukan mereka dapat diusir dari wilayah Mesir oleh Perancis dan Inggris. Blunder terbesar adalah saat Hitler memerintahkan untuk membuka dua front, melawan Inggris-Perancis, dan melawan Soviet di Stalingard saat musim dingin tiba. Konsentrasi pasukan Jerman terbagi menjadi dua, terlebih dapat dikalahkan oleh tentara merah Soviet yang lebih dapat beradaptasi di musim dingin. Belum lagi Hitler juga harus menghadapi pemberontakan di dalam negerinya sendiri, dan berhasil lolos dari rencana pembunuhan yang dilakukan berkali-kali oleh para Jendral yang menentangnya.

Di sisi lain, per 1947 ada 630.000 orang Yahudi di Palestina dan 1,3 juta orang Palestina. Antara 29 November 1947, ketika Palestina diberi dinding pembatas oleh PBB, dengan 15 Mei 1948, organisasi teroris Zionis mencaplok tiga perempat Palestina. Selama masa itu, jumlah orang-orang Palestina yang tinggal di 500 kota besar, kota kecil, dan desa turun drastis dari 950.000 menjadi 138.000 akibat serangan dan pembantaian. Sebagian di antaranya terbunuh, dan sebagian terusir.

Setiap kedatangan orang Yahudi yang baru berarti kekejaman, tekanan, dan kekerasan baru terhadap orang-orang Palestina. Untuk memberi tempat tinggal bagi pendatang baru, organisasi Zionis menggunakan tekanan dan kekuatan untuk mengusir orang-orang Palestina dari tanahnya, yang telah mereka tempati selama berabad-abad, dan pindah ke padang pasir. Joseph Weitz, kepala komite transfer pemerintah Israel pada tahun 1948 menuliskan dalam buku hariannya pada 20 Desember 1940:
Pasti telah jelas bahwa tidak ada ruang untuk dua rakyat dalam negara ini. Tidak ada perkembangan yang akan membawa kita semakin dekat dengan tujuan kita, untuk menjadi rakyat merdeka dalam negara kecil ini. Setelah orang-orang Arab dipindahkan, negara ini akan terbuka luas bagi kita; dengan masih adanya orang Arab yang tinggal, negara ini akan tetap sempit dan terbatas. Satu-satunya jalan adalah memindahkan orang-orang Arab dari sini ke negara-negara tetangga. Semua mereka. Tidak ada satu desa pun, atau satu suku pun yang harus tertinggal.

1948
Kembali jejak-jejak tangan keterlibatan yahudi di PD II tampak jelas karena 3 tahun berselang setelah perang, berdirilah negara Israel secara ilegal di tanah Palestina. Heilburn, ketua komite pemilihan kembali Jenderal Shlomo Lahat, walikota Tel Aviv, menyatakan pandangan Zionis tentang orang-orang Palestina dalam kata-kata berikut: "Kita harus membunuh semua orang-orang Palestina kecuali mereka tunduk tinggal di sini sebagai budak."
Banjir kedatangan imigran yang disebabkan oleh pecahnya Perang Dunia II membuat orang-orang Palestina sadar akan apa yang terjadi, sehingga mulai menolak tindakan-tindakan yang tidak adil. Namun, setiap gerakan penolakan dihentikan dengan paksa oleh kekuatan Inggris. Orang-orang Palestina merasakan dirinya berada di bawah tekanan organisasi teroris Zionis di satu sisi, dan tentara-tentara Inggris di sisi lain. Dengan kata lain, mereka menjadi sasaran kepungan dua musuh.

Pasca PD II Israel membuat opini terjadinya Holocaust terhadap orang-orang yahudi oleh Nazi-Jerman. Mereka meminta belas kasihan dunia dengan mengatakan bahwa terjadi pembunuhan masal sebanyak 6 juta orang yahudi, bahkan dari sumber lain mencapai 12 juta yahudi. Mereka membesar-besarkan apa yang sebenarnya terjadi, karena belakangan diketahui itu mengada-ngada. Saat itu populasi yahudi di Eropa khususnya Jerman tidak mencapai 6 juta orang. Seperti yang telah disinggung di atas, yahudi yang berhasil di pindahkan ke Palestina hanya sebesar 220.000 orang.

Mereka mengambil keuntungan dari isu Holocaust itu, dengan mengambil hati dunia agar dunia bersedia ‘memberikan’ lahan untuknya sebagai tempat yang aman untuk mereka tinggal bebas dari teror pihak anti-semit Eropa. Di sisi lain, bagai pisau bermata dua, Holocaust menjadi isu yang menakutkan bagi orang yahudi lainnya dan memaksa mereka untuk segera pindah ke Palestina. Padahal dewasa ini kita lihat, bahwa semua itu adalah kelihaian dan skenario mereka sendiri untuk mendirikan negara Zionis di tanah yang mereka rebut dari Palestina. Sebenarnya mereka lemah saat itu, tidak memiliki kekuatan apa-apa, namun mereka pandai menggunakan kekuatan orang lain –yaitu Inggris (1918) dan AS (1945)- untuk merebut tanah Palestina dari pemilik resminya yang kemudian diberikan kepada zionis.

Jauh sebelum PD II terjadi, sejak eksodus gelombang pertama yang dimulai tahun 1920 yahudi Eropa juga tidak sedikit yang pindah ke AS. Mereka menjual harta bendanya yang bisa dibawa dan membeli berlian. Berlian itulah yang mereka bawa pergi, sedangkan harta lainnya mereka tinggalkan. Mereka sangat cerdas, mereka bawa sebagian besar kekayaannya dalam bentuk beberapa genggam berlian, tetapi orang pada umumnya melihat secara kasat mata bahwa mereka pergi tanpa membawa apa-apa seperti diusir. Bermodalkan berlian itulah setelah tiba di AS dalam waktu singkat mereka dapat eksis bahkan dapat menguasai aspek-aspek penting dan akhirnya dapat men-drive arah dan kebijakan AS.

1967
Sebagai reaksi atas berdirinya negara Zionis Israel secara ilegal di tanah Palestina, dunia Arab marah. Puncaknya terjadi di tahun 1967 dimana dunia Arab yang saat itu dengan Mesir sebagai ujung tombak mengumumkan perang yang dikenal dengan perang Mesir-Israel I. Para pejuang Mesir yang didominasi oleh Ikhwanul Muslimin berhasil mengalahkan Israel.

Di saat yang sama, muncul gerakan perlawanan di Palestina yang dipimpin Syeikh Ahmad Yasin melawan Israel sebagai awal mula berdirinya HAMAS, dan perlawanan berkobar begitu dahsyatnya yang dikenal dengan peristiwa Intifadhah.

Setelah terdesak Isreal meminta bantuan AS, lalu AS meminta sekutu-sekutunya di Arab untuk bertindak. Seolah ingin menolong dan menjaga perdamaian, Pasukan gabungan Arab berangkat ke Mesir. Mereka membujuk saudara seiman mereka untuk dapat meletakan senjata karena telah jelas Israel kalah. Mereka menjanjikan keamanan dan keselamatan jika para Ikhwan mau meletakkan senjata. Jadi misi mereka yang ditunggangi AS adalah melucuti pasukan Mesir. Setelah pejuang gagah berani itu mau melucuti senjatanya, mereka lalu diserang, sisergap, dan banyak diantaranya dipenjarakan.
Muncul pula gerakan kemerdekaan Palestina yang mau berkooperasi dengan penjajah, yaitu PLO yang dipimpin Yaseer Arafat. Belakangan Yaseer Arafat dibunuh dengan diracun menggunakan arsenik oleh agen-agen Mossad. Pasca Yaseer, penggantinya yang memimpin PLO tidak dapat melanjutkan perjuangan bahkan cenderung dapat dibeli dengan iming-iming akan diberi kekuasaan.

1970
Di tahun ini kembali terjadi krisis karena Timur Tengah pasca pendirian Israel selalu bergolak. Tidak ada satupun negara-negara muslim saat itu yang mau mengakui kedaulaan Israel. Akibat pergolakan yang berkepanjangan di Timur Tengah pasokan energi berupa minyak dan gas bagi dunia banyak mengalami hambatan.

1973
Tidak lama berselang kembali terjadi perang Mesir-Israel yang kedua yang dikenal dengan Yom Kippur. Mesir dan Suriah melawan Israel yang dari segi dana dan persenjataan sudah banyak menerima bantuan dari AS. Sementara pasukan Mesir justru sudah lebih dulu dilucuti tahun 1967 lalu. Pejuang-pejuang tangguh mereka juga sudah banyak dipenjarakan. Ditambah pasukan gabungan Arab yang justru malah lebih banyak memberatkan dan merepotkan pasukan Mesir-Suriah daripada membantunya melawan Israel. Dalam peperangan ini, Mesir dan Suriah tidak dapat mengalahkan Israel. Sebagai konsekwensi, sebagian besar wilayah Syam (Palestina, Libanon, Jordan, dan Suriah) dan Mesir menjadi milik Israel.

Kembali, seperti kita lihat disetiap peperangan unjung-ujungnya Israel adalah pihak yang diuntungkan. Walaupun mereka kalah tahun 1967, dengan tangan AS mereka bisa memukul balik di tahun 1973.

1979-1989
Sekitar lima tahun berselang, dunia Islam kembali dibuat tercerai-berai. Russia berhasil dilobi Israel untuk menyerang Afganistan sementara Afganistan saat itu dibantu oleh pasukan Usamah bin Laden memperoleh bantuan senjata dari AS. Lho?! Bukankah Israel dan AS adalah sekutu? Apakah itu semua bukan akal-akalan bulus zionis yahudi?

1980
Di awal-awal perang Afganistan dunia kembali krisis. Situasi Timur Tengah kembali terguncang, terlebih setelah Irak dan Iran berhasil dihasut untuk berperang.

1980
Di tahun ini pecah perang Irak-Iran. Buat apa lagi kalau bukan di adu domba? Itu ibarat perang saudara antara dunia Muslim. Saat itu Irak justu dikompori oleh AS dan diberi bantuan senjata. Sementara soviet membantu Iran. Siapakah yang ada dibalik semua itu? Siapakah yang membuat dunia menjadi dua kutub? Kapitalis dan Komunis keduanya adalah idelogi yang dikembangkan oleh pemikir-pemiki yahudi bukan?

Padahal saat itu Afganistan sedang digempur Rusia. Dalam kondisi normal, apalagi jika dunia Islam masih memiliki Kekhalifahan, Irak dan Iran sebagai negara muslim yang berbatasan dengan Afganistan akan membantunya melawan Soviet. Tetapi mereka sudah dibuat lupa kepada saudaranya, bahkan di adu domba.

1990
Pasca perang Afganistan yang berlangsung hampir 10 tahun Uni Soviet telah menghabiskan begitu banyak nyawa dan tentunya sumber daya. Hasil akhirnya setelah menheluarkan begitu banyak biaya mereka gagal total menguasai Afganistan. Tidak ada reward yang mereka terima pasca perang untuk merecovery ekonomonya. Di tahun yang sama Uni Soviet yang dipimpin Mikhail Gorbachev pecah dan mengumumkan pembubaran. Soviet pecah menjadi negara-negara kecil.
Saat itu pun, dunia kembali dilanda krisis.

1990
Sementara dunia krisis, AS seolah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan pecahnya Soviet dan menjadi negara adidaya satu-satunya saat itu menyerang Irak, dan pecahlah Perang Teluk I. Irak yang dulu dibantunya menjadi sekutu, sekarang mereka serang. Tujuan mereka adalah mendapatkan ‘reward’ setelah perang agar dapat menguasai ladang-ladang minyak di Timur Tengah. Caranya mudah, Irak dihasut untuk menyerang Kwait dan ingin menariknya menjadi wilayah Irak. Siapakah yang menghasut? Lalu setelah ibu, bak seorang penolong, AS ‘bebaik hati’ dengan alasan membantu Kwait untuk berperang melawan Irak.

Roda Ekonomi pasca krisis akibat runtuhnya Soviet kembali bergerak, harga minyak kembali baik, pengangguran kembali dapat ditekan. Industri senjata kembali mengalami kemajuan.

1998-2001
Tak lama berselang, sebagai akibat dari ekonomi bubble yang diciptakan sistem ekonomi kapitalis yang dianut AS krisis kembali menimpa dunia. Tak terkecuali Indonesia yang saat itu kita kenal dengan istilah krismon.

2001
Di penghujung krisis 1998, atau mungkin dapat dikatakan untuk mengakhiri krisis 1998 agar tidak berkepanjangan, AS perlu segera menggerakan perekonomian dengan berperang. Berperang melawan siapa? Rusia sudah tidak ada? Yahudi kembali berkonspirasi menjadi dalang dibalik peristiwa pembajakan pesawat dan runtuhnya Menara Kembar WTC pada tanggal 11 September 2001. Memang suatu yang janggal pada hari itu, seolah sudah diberitahu sebelumnya, orang-orang yahudi tidak ada satupun yang masuk kantor, terlebih setelah tersiar berita WTC runtuh mereka malah bergembira dan bertepuk tangan.

Kemudian Bush mengumumkan bahwa ini perbuatan teroris yaitu Al-Qaida yang bermarkas di Afganistan. Sangat yakinkah dia bahwa Al-Qaida memang ada di Afganistan atau hanya suatu akal-akalan agar AS bisa memiliki alasan untuk menyerang Afganistan sebagai ‘balas dendam’ kepada ‘teroris’ -yang mereka ciptakan sendiri- karena telah meruntuhkan WTC?

Apakah tidak janggal hal tersebut? Dahulu AS membantu Afgan dan Usama melawan Rusia.

2003
Sementara perang AS-Afganistan belum tuntas, perang kembali berkecambuk di Irak yang dikenal dengan Perang Teluk II. AS menuduh Saddam Husein memiliki senjata pemusnah masal di Irak. AS menyerang Irak yang sudah jelas-jelas di embargo bahkan belum dapat pulih pasca Perang Teluk I.

2006
Tiga tahun berselang, setelah AS berhasil membungkan Irak, dan mencocoki hidung kerbau-kerbau negara Arab, tidak ada lagi bangsa Arab yang kritis menentang AS-Israel selain Iran, Libanon, dan Palestina sendiri.

AS berpikir berkali-kali untuk frontal terhadap Iran, karena negara tersebut hampir tidak tersentuh pasca revolusi Islam Iran. Iran mejadi kuat dan berhasil mengembangkan proyek nuklirnya.

Di sisi lain Israel selalu gagal mengoyak-ngoyak Palestina, karena banyak penyelundupan senjata yang dilakukan lewat Lebanon dan Mesir. Oleh karena itu Palestina-dengan wilayah yang hanya tinggal sedikit yang disisakan tanpa dicaplok Israel- khususnya Gaza, diembargo. Gaza memang sudah terkepung oleh tembok-tembok pembatas yang dibangun Israel, dengan lalu lintas keluar-masuk yang diatur Isarel.

Setelah dipertimbangkan tidak dapat melawan Iran secara frontal, dan pekerjaan membungkam Palestina dalam bentuk embargo dilakukan dengan rapi, kini tiba saatnya Israel mengadakan perhitungan dengan Lebabon. Terjadilah perang Israel-Hizbullah selama 33 hari. Libanon digempur habis lewat udara, namun tidak dapat ditembus lewat darat. Israel mengalami kekalahan. Tetapi kubu Hizbullah juga perlu waktu untuk recovery.

2008
Dan 3 bulan yang lalu, di tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang konon terbesar sepanjang sejarah. Ekonomi yang menggelembung disertai dengan harga minyak yang selangit menjadi tanda-tanda akan terjadinya krisis.

Tak lama krisis berlangsung, di akhir-akhir masa pemerintahan Bush, seolah merestui dan seolah mumpung Bush belum lengser, Israel menyerang Palestina secara membabi buta selama 33 hari. Namun kali ini, Yahudi tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya dibalik topeng Holocaust karena justru mereka yang melakukan holocaust terhadap Palestina. Setiap orang di dunia kini sudah menatapnya dan membencinya, mengusirnya, melakukan protes, dll.
Tapi setidaknya, bagi Bush industri senjata AS masih dapat berjalan saat krisis, ditengah gelombang PHK dan keruntuhan industri di AS pasca krisis subprime mortgage.
- - - - - - - - - - - - -
Jika kita renungkan perjalanan panjang dunia ini sejak 1900 sampai 2008, sudah 1 abad dunia seakan tidak pernah berhenti mengalami guncangan. Baik guncangan ekonomi maupun peperangan. Runtuhnya Kekhalifahan Turki Usmani menjadi pemicu perpecahan dunia Islam dan sekaligus berkuasanya Israel dalam merealisasikan setiap agendanya. Israel selalu hadir dibalik setiap konflik, dibalik setiap peperangan, dan selalu menjadi pihak yang diuntungkan setelahnya.

Timur Tengah adalah kawasan yang sangat strategis bagi dunia. Begitu banyak kepentingan yang ingin dapat menguasai atau memberikan pengaruh di Timur Tengah, sehingga selama 1 abad Timur Tengah tidak pernah berhenti bergolak, selalu terjadi peperangan.

Perang jelas membawa bencana, perang berkepanjangan juga menyebabkan krisis. Namun di sisi lain, perang juga dapat menjadi penggerak roda perekonomian dengan cepat saat krisis. Selama 1 abad, seolah perang dan krisis terjadi silih berganti, bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dimana ada krisis disitu terjadi perang dan disana ada kepentingan Israel.

Tak heran Israel atau lebih tepatnya Yahudi menjadi biang keladi dari akar permasalahan dunia selama ini. Sejarah telah menjadi saksi bagaimana yahudi memecah belah penduduk Yastrib (Madinah) sebelum kedatangan Nabi SAW.

Madinah ketika masih bernama Yastrib adalah kota yang bersimbah darah oleh pertikaian bebuyutan antara dua kabilah: Aus dan Khazraj sampai berlangsung 120 tahun tanpa ada pihak yang bisa mendamaikan. Dibalik konflik laten itu, terdapat kepentingan Yahudi yang tinggal di sekitar kota Yasrib. Mereka memanfaatkan situasi perang dan disintegrasi tersebut. Kaum Yahudi dari Bani Nadhir dan Bani Qoinuqa menyuplai senjata bagi pihak Khazraj, sedang Yahudi Bani Quraidhah menyokong kubu Aus.

Begitulah yang dilakukan Israel dan Amerika dewasa ini dalam memelihara konflik agar permanen.

Mengutip Hadist Nabi SAW:
“Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali Ghorqod sebab ia (Ghorqod) sungguh merupakan pohon Yahudi.” (HR Ahmad)

Seorang Rabbi Yahudi pernah dalam sebuah Televisi Amerika berkata kepada wartawan yang mewawancarinya: ”Pemimpin Ummat Islam, yaitu Muhammad, pernah berkata bahwa Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum kaum Muslimin memerangi bangsa Yahudi sehingga pohon dan batu berbicara memberitahu kaum Muslimin bahwa ada Yahudi yang bersembunyi di belakangnya, kecuali pohon Ghorqod karena ia merupakan pohon kita...!” Lalu wartawan itupun berkata: ”Wah, menakutkan sekali... Apa yang harus kita lakukan?” Si Rabbi menjawab: ”Tenang... Kalaupun hari itu tiba, maka masih lama. Sebab hari itu hanya akan terjadi bila sholat Subuh ummat Islam di masjid-masjid sudah sama ramainya seperti sholat Jumat mereka...!”
Bersatulah Ummat Islam ! Persatukanlah kami ya Allah ! Amin