Rabu, 26 November 2008

SUBPRIME MORTGAGE PEMICU KRISIS FINANSIAL GLOBAL


Belakangan ini sering kita dengar istilah subprime mortgage baik di media cetak, elektronik, maupun di internet dengan bahasa keuangan yang jelimet. Mudah-mudahan penjelasan awam ini bisa mempermudah anda untuk memahami apa itu subprime mortgage. Konon karena "binatang yang satu inilah" krisis finansial global tahun 2008 ini berawal. Benarkah itu?

Memang tudingan itu ada benarnya, bahwa jatuhnya subprime adalah pemicu awal dari krisis saat ini. Namun kurang tepat juga jika semua kesalahan ditimpakan pada subprime, karena tanpa adanya peran serta pasar uang dan pasar modal dalam penggelembungan nilai dari surat-surat berharga yang berhubungan dengan subprime tentu krisis ini tidak akan menjalar dan berkepanjangan.

Seperti isi tulisan di awal mula blog ini, penyebab utama krisis adalah karena rapuhnya sistem ekonomi dunia saat ini yang didominasi oleh kapitalis. Perekonomian saat ini lebih banyak digerakkan oleh transaksi financial ketimbang transaksi riil yang melahirkan virtual economy menurut Peter Drucker (1980) atau bubble economy dalam istilah Paul Krugman (1999). Tapi karena topik kita kali ini adalah subprime yang memang benar menjadi pemicu krisis ini, sayang kalo bahasan tentang subprime sendiri dilewatkan begitu saja.

Berhubung keterbatasan waktu, memang cukup sulit bagi saya utuk menulis dengan konten yang banyak dalam satu waktu, akhirnya terpaksa dipecah-pecah menjadi topik-topik kecil. Yang sudah kita bahas kemarin adalah peranan bank, sekuritas, dan asuransi. Telah dibahas juga mengenai bubble effect / bubble economy dan begitu rapuhnya praktek di pasar modal yang dipenuhi oleh maisir, gharar, dan riba yang membuat harga komoditi dan indeks menjadi sangat volatile.

Nah, jika disepertikan bahwa bahasan-bahasan tersebut sebagai lingkaran, bahasan yang satu ini ibarat irisan dari semua lingkaran itu karena melibatkan bank, sekuritas, asuransi, pasar uang dan pasar modal.

Dalam bahasa awam mortgage bisa diartikan sebagai kredit properti yang jaminannya adalah properti itu sendiri. Singkat kata, mortgage itu kredit perumahan (KPR). Istilah prime menunjukkan kualitas dari suatu KPR yang diberikan kepada nasabah yang mampu mencicil, membayar, dan melunasi KPRnya dilihat dari beberapa parameter seperti jumlah penghasilan yang memadai, punya pekerjaan tetap, memiliki jabatan, bahkan memiliki track record yang baik di bank dalam pembayaran kreditnya selama ini.

Jadi mudahnya, subprime (dibawah prime) adalah KPR yang diberikan kepada peminjam yang tidak memiliki kapasitas membayar tersebut di atas, sehingga bank pemberi KPR subprime memiliki resiko gagal bayar yang lebih besar. Misalnya adalah KPR yang diberikan kepada buruh, pekerja tidak tetap, dan masyarakat yang hidup pas-pasan.

Karena resiko subprime lebih tinggi, maka bunga yang dikenakan bank kepada peminjam juga lebih tinggi dari prime mortgage. Bayangkan, apakah ini tidak terbalik? Orang-orang kaya/mampu membayar kepada bank lebih murah sedangkan orang-orang yang hidup pas-pasan harus membayar hutang dengan bunga yang lebih tinggi dari orang-orang kaya itu ?!?!

Bukankah seharusnya negara wajib menjamin kebutuhan pokok setiap warganya yang salah satunya adalah papan (tempat tinggal)? Bukankah seharusnya orang-orang yang lemah itu disubsidi? Bukan malah dibebani dengan beban yang lebih besar?

Kalau Indonesia tidak ingin terjangkit penyakit karena subprime, hal ini juga yang harus dicermati oleh Pemerintah kita dalam menyediakan tempat tinggal bagi warganya khususnya bagi golongan menengah ke bawah. Sejauh ini walaupun dirasakan masih kurang karena banyaknya WNI yang belum memiliki tempat tinggal, sepertinya dan mudah-mudahan selalu begitu, Pemerintah cukup serius dalam memenuhi kewajibannya untuk menyediakan tempat tinggal bagi warganya seperti melalui program penyediaan RSS, apartemen bersubsidi, dll yang disalurkan dan dikelola oleh bank pemerintah.

Kembali ke topik, pertanyaannya sekarang jika memang beban bunga bagi peminjam subprime lebih tinggi mengapa mereka mampu membayarnya? Bahkan secara industri, KPR subprime ini memiliki pertumbuhan yang baik sejak 2004-2006 dengan meningkatnya eksposur kredit yang dikucurkan oleh bank bagi sektor tersebut?

Penyebabnya adalah, skema kredit subprime yang dimodifikasi agar memiliki nilai jual dari segi marketing (biar laku). Salah satunya adalah pengaturan beban bunga dimana 2 tahun pertama kredit dikenakan bunga yang sangat rendah, namun mulai di tahun ke-3 mungkin sampai 28 tahun berikutnya dikenakan bunga yang melonjak tinggi.

Dengan iming-iming bunga rendah selama 2 tahun pertama masyarakat kelas bawah serasa diberi angin segar. Setelah sekian lama sulitnya ingin punya rumah dan pengajuan kreditnya ditolak terus-menerus, ternyata ada suatu produk yang memberikan secercah harapan. Akhirnya masyarakat berbondong-bondong mengambil fasilitas subprime ini, karena bayangan manis di 2 tahun pertama mengalahkan adanya potensi pukulan pahit di 28 tahun berikutnya.

Hal ini juga yang menyebabkan grafik pertumbuhan subprime meningkat dari tahun ke tahun. Tak heran bila mortgage terus meningkat, semakin banyak rumah dibangun. Dari tahun 2001 sampai akhir 2005, proporsi aset mortgage dari aset bank terus meningkat sehingga pada periode tersebut tingkat pembangunan rumah di Amerika Serikat meningkat pesat (housing booming).

Di sisi lain, suku bunga bank sentral Amerika juga rendah. Dalam kondisi suku bunga yang rendah sementara harga properti terus naik, para pemberi KPR subprime seolah lupa akan adanya resiko gagal bayar dari peminjam.

Justru yang ada malah sebaliknya, subprime disulap menjadi produk keuangan yang menarik, disekuritisasi oleh berbagai perusahaan sekuritas, diasuransikan. Lalu dijual oleh bank ke bank lain dalam money market (pasar uang). Lalu disekuritisasi lagi, dijual kembali dalam bentuk surat berharga, hingga nilai transaksi menjadi menggelembung karena dilakukan berkali-kali sementara nilai tansaksi riilnya tidak berubah.

Proses sekuritisasi yang mengubah ‘wujud’ subprime ke dalam bentuk surat berharga mencapai beberapa tingkatan. Dari mulai sebagai surat hutang biasa (promisory notes yang dijual), lalu disekuritisasi menjadi MBS (Mortgage-Backed Securitites), lalu di beberapa MBS ini disekuritiasi lagi menjadi CDOs (Collateralized Debt Obligations). Apapun istilahnya, semuanya itu hanyalah kertas yang nilainya menggelembung. CDOs ini kemudian dijual ke berbagai bank, perusahaan asuransi, hedge funds, reksa dana (mutual funds), dll baik di Amerika maupun ke negara lain.

Seperti dijelaskan di atas bahwa karena grafik pertumbuhan subprime yang meningkat diiringi juga dengan boomingnya sektor properti dengan menjamurnya perumahan-perumahan baru di Amerika, justru semakin membuat ‘kertas subprime’ hasil sekuritisasi menjadi pilihan yang menarik untuk berinvestasi. Kertas tersebut semakin laku dijual, semakin diminati, banyak dicari orang, dan semakin mahal harganya.

Lalu, pertanyaannya adalah: bagaimana kondisi para peminjam subprime setelah tahun ke-3?
Karena adanya 'diskon' bunga yang sangat rendah yang diberikan di dua tahun pertama, sudah tentu tidak akan ada kapitalis yang ingin rugi dan memberikan 'diskon cuma-cuma'. Sebagai kompensasi, bunga mulai tahun ketiga menjadi floating, dan melonjak naik begitu saja.

Karena bunga naik drastis cicilan rumah juga semakin besar dan dirasakan sangat berat oleh para peminjam subprime. Pada akhirnya sebagian besar peminjam itu default, tidak mampu membayar kewajibannya kepada bank pemberi KPR. Ditambah lagi kondisi sektor riil di Amerika yang mengalami resesi membuat banyak perusahaan melakukan PHK. Gelombang PHK membuat jutaan orang kehilangan pekerjaannya, termasuk buruh dan para pekerja yang menjadi peminjam subprime. Walhasil, para korban PHK tidak mampu membayar kewajibannya dan secara keseluruhan eksposur subprime yang default semakin besar.

Banyaknya pinjaman yang macet berdampak pada bank pemberi subprime. Salah satu yang terbesar adalah Lehman Brothers. Bank investasi ini mengalami kerugian besar akibat krisis subprime mortgage. Pada laporan keuangan kuartal kedua tahun 2008, Lehman melaporkan kerugian 2,8 miliar dollar AS. Selain itu, mereka harus menjual paksa aset bernilai 6 miliar dollar AS dan pada akhirnya secara resmi Lehman mengumunkan diri pailit alias bankrut.

Krisis subprime menyebabkan harga saham Lehman di bursa terus menurun. Lalu merembet ke saham-saham perusahaan lain yang terkait dengan subprime yang juga turut anjlok, lalu semakin meluas pada perusahaan lain yang berhubungan dengan mortgage dan akhirnya menyeret seluruh bidang pada krisis yang sama.

Selain terjadi di pasar modal, krisis juga terjadi di pasar uang karena ‘kertas subprime’ itu diperdagangkan untuk mencari uang. Kita ambil contoh mudah promisory notes seperti ini:

Promisory Notes intinya adalah kertas atau surat yang menyatakan bahwa si penerbit berjanji akan membayar sejumlah uang sesuai dengan yang tertera disurat tersebut pada waktu tertentu (jatuh tempo), yaitu saat surat tersebut diunjukkan (ditagih) oleh pemegang surat -yang dalam hal ini memberikan uang kepada si penerbit surat/membeli surat. Pada saat promisory notes tersebut diperdagangkan, surat sudah berpindah tangan berkali-kali dengan nilai yang menggelembung bahkan berubah bentuk menjadi MBS, CDOs.

Bayangkan transaksi surat tersebut seperti sebuah gedung bertingkat. KPR subprime adalah pondasinya, diikuti oleh lantai tingkat pertama (aset yang disekuritisasi lalu dijual), lalu tingkat kedua (aset hasil sekuritisasi yang disekuritisasi lagi), dst yang dikenal dengan istilah transaksi derivatif. Saat terjadi krisis subprime, berarti seakan-akan pondasi bangunan tersebut telah runtuh. Ibarat peristiwa runtuhnya WTC, secara beruntun lantai-lantai di atasnya akan turut runtuh yang tidak hanya menyeret bank, tapi juga sekuritas, asuransi, bahkan perusahaan-perusahaan lain yang terkait.

Seperti yang disampaikan oleh Abu Umar 2008:
Pengalaman krisis subprime mortgage AS sejak 2007 menyebabkan para “penjudi berdasi” kelas kakap mengalami kerugian hebat. Krisis subprime mortgage AS berdampak pada jatuhnya nilai kapital pasar modal berbasis surat berharga perumahan kelas dua di Amerika sebesar 12% atau US$ 2,4 trilyun (=Rp 22.080 trilyun) dari US$ 20 trilyun menjadi US$ 17,6 trilyun.

Analis pasar modal Paul B. Farrel di situs Market Wacth menulis sebuah artikel sangat menarik dengan judul Derivatives the New ‘Ticking Bomb’. Dalam artikel tersebut, ia mengulang kembali peringatan yang pernah dilontarkan Warren Buffett lima tahun sebelum krisis subprime melanda AS. Warren Buffet menyatakan pertumbuhan transaksi derivatif yang bersifat masif dan tidak terkontrol dapat menjadi “senjata keuangan pemusnah massa” yang sangat berbahaya.

Peringatan Warren Buffet kini menjadi kenyataan pahit bagi negara-negara di dunia. Krisis subprime mortgage AS yang menyebabkan para fund manager raksasa rugi milyaran dollar AS membawa efek domino berupa krisis finansial yang lebih besar dan merembet pada kejatuhan ekonomi di sektor riil akibat melonjaknya harga minyak dan pangan.

Tidak cukup sampai disini.......

Kerugian hebat di bursa saham tidak membuat nyali “perusak ekonomi” dunia turun. Para penjudi raksasa (fund manager) malah mencari sumber-sumber keuntungan baru untuk memuaskan kerakusan mereka. Selanjutnya mereka menjadikan bursa komoditas sebagai permainan spekulasi. Apa saja komoditi yang menjadi incaran? kita lanjutkan di lain waktu.

Selasa, 25 November 2008

ASURANSI, PENDUKUNG 1001 TRANSAKSI

Bank dan sekuritas memiliki fungsi yang berbeda, dan keduanya dapat saling bekerjasama, berkolaborasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Mari kita bahas peranan asuransi, agar bahasan kita disini melibatkan ketiga lembaga tersebut.

Tidak kalah oleh bank dan sekuritas, perusahaan asuransi juga banyak jumlahnya di dunia. AIG misalnya, perusahaan asuransi asal Amerika yang menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Beberapa waktu yang lalu, karena terimbas krisis tahun ini AIG sempat dilarikan ke ruang UGD kemudian di rawat di ICU untuk dilakukan tindakan penyelamatan (di bailout) oleh pemerintah Amerika yang mencapai ratusan miliar dollar.

Perusahaan keuangan yang besar, biasanya mempunyai perusahaan sekuritas dan asuransinya sendiri. Misalnya untuk bank sebesar Bank Mandiri, ia memiliki sekuritas dan asuransinya sendiri yaitu Mandiri Sekuritas dan AXA Mandiri. Hal tersebut dilakukan agar peluang bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain dapat diserap oleh grup usahanya sendiri, daripada diambil oleh orang lain, menguntungkan orang lain, dan membuat orang lain menjadi gemuk.

Betapa tidak, peluang bisnis yang bisa ditangkap asuransi di bank dan sekuritas sangat banyak jumlahnya dan sebagian besar hampir berulang setiap tahun (repeat order). Untuk kredit pemilikan kendaraan saja, ambil contoh kredit motor, bank tidak ingin motor yang dicicil oleh nasabahnya itu hilang atau rusak. Bagi bank motor tersebut juga berfungsi sebagai jaminan, sehingga bank berkepentingan untuk menjaganya.

Lain lagi dengan kredit pemilikan rumah, karena umumnya kredit rumah jumlahnya cukup besar dan bersifat jangka panjang, selain rumah sebagai jaminan yang diasuransikan dari kebakaran dll, si nasabah juga diwajibkan membayar premi untuk asuransi jiwa. Jika dalam perjalanannya si nasabah meninggal dunia, maka asuransi akan membayar/melunasi sisa hutang si nasabah ke bank.

Untuk kredit kendaraan dan rumah saja sudah banyak peluang bisnis asuransi, apalagi jika kreditnya lebih besar seperti yang terkait dengan mesin, pabrik, alat-alat berat (dozer, dump truck, reach stacker, top loader, dll), kapal, dan pesawat terbang yang harganya bisa mencapai puluhan juta dollar. Tentu resikonya semakin besar, sehingga bank memerlukan proteksi yang lebih besar, yang artinya peluang yang lebih besar lagi untuk asuransi.

Bahkan tidak hanya jaminan atau barang-barang yang dibiayai oleh bank saja yang diasuransikan tetapi penyaluran kreditnya sendiri juga dapat diasuransikan. Di Indonesia setidaknya ada tiga lembaga penjaminan kredit milik Pemerintah, yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia atau disingkat Askrindo, PT Asuransi Ekspor Indonesia yang dikenal dengan ASEI, dan Perum Sarana yang lebih ke segmen kredit UMKM.

Apabila dibutuhkan/diperlukan bank bisa saja meminta penjaminan kredit dari perusahaan asuransi. Apabila dalam perjalanannya terjadi default (kredit macet) bank akan meng-claim kerugian kredit tersebut dan mendapatkan penggantian dari perusahaan asuransi.

Belum cukup sampai disitu, surat-surat berharga yang berbasis kredit/surat hutang juga menjadi peluang pasar bagi perusahaan asuransi. Saat suatu perusahaan disekuritisasi akan bermunculan peluang baru bagi asuransi. Begitu pula dalam portofolio investasi, biasanya para broker dan investor tidak melepaskan aktivitasnya dari asuransi.

Nah dari siklus bisnis yang saling terkait satu sama lain antara bank, sekuritas, dan asuransi bagai mata rantai yang berputar, terjadinya gangguan di satu sisi akan berimbas kepada sisi lainnya.

Konon kabarnya, penyebab krisis dunia saat ini yaitu subprime mortgage dipicu oleh aktivitas bank, sekuritas, dan asuransi yang kebablasan yang terus menerus menggelembungkan asetnya.

Rabu, 19 November 2008

KOLABORASI BANK DAN SEKURITAS

Setelah mengenal bank, sekuritas, dan asuransi, kini saatnya kita membahas kolaborasi antara perusahaan-perusahaan tersebut yang sama-sama bergerak dibidang keuangan.

Kita bahas satu per satu. Dimulai dari kolaborasi antara bank dengan sekuritas.
Saat suatu bank bermaksud mengumpulkan modal dengan cara go public, bank membutuhkan perusahaan sekuritas sebagai underwriter. Saat IPO (initial public offering), untuk pertama kalinya saham bank tersebut dijual ke publik, yang dikenal dengan pasar primer (membeli dari tangan pertama). Para investor yang tertarik untuk membeli saham perdana bank tersebut juga membelinya melalui perusahaan sekuritas. Apabila bank telah terdaftar di bursa lalu dalam perjalanannya sahamnya diperjualbelikan, jual-beli saham tersebut dikenal dengan pasar sekunder.

Seperti halnya proses go public tersebut di atas, bank juga membutuhkan perusahaan sekuritas sebagai underwriter apabila bank bermaksud mencari sumber dana yang bukan dalam bentuk modal, seperti pinjaman jangka panjang (obligasi).

Atas jasa dari perusahaan sekuritas tersebut dalam penerbitan surat berharga atau kita sebut saja dalam meng-sekuritisasi suatu perusahaan baik bank maupun non bank, sekuritas memperoleh uderwriting fee, dan fee-fee lainnya yang jumlahnya woooow..fantastis....
Fee-nya itu biasanya berbentuk prosentase sebagai faktor pengali dari nilai surat berharga yang berhasil diterbitkan dan diserap oleh pasar...ckckck...semakin besar jumlahnya, semakin besar dapetnya...whuiiiif..bayangkan kalo dalam setaun ada beberapa kali proyek kayak gini......subur deh...bisa bikin seorang staff kaya mendadak.....apalagi direkturnya...
Anda tertarik bekerja untuk menjadi underwriter?

Di sisi lain, sekuritas juga membutuhkan bank..saat suatu perusahaan disekuritisasi atau bahkan saat pemerintah menerbitkan obligasi / SUN (Surat Utang Negara), tentu sekuritas akan mencari pasar yang mampu menyerap surat berharga tersebut...

Karena jumlahnya besar, sulit untuk mencari pihak yang punya banyak duit, mungkin banyak yang kaya, tapi untuk duit ‘cash keras’ tidak semua punya..oleh karena itu sekuritas jualan nyari pihak yang pegang cash...dan salah satu pihak yang pegang cash dalam jumlah banyak itu perbankan...
Sekuritas butuh bank biar jualannya laku, soalnya kalo gak laku kan ngaruh juga sama fee yang tadi kita bicarakan itu....hehehe
Kolaborasi antara kedua entitas ini dapat menjadi bagus dan menguntungkan, dapat juga justru menimbulkan kerugian dan kerusakan dikemudian hari. Nanti akan kita singgung, sabar ya..sebentar lagi..
Ini hanyalah sedikit contoh dari kolaborasi bank dengan sekuritas. Selanjutnya akan kita singgung keterkaitan dua entitas ini dengan asuransi.

ASURANSI..YANG PASTI-PASTI AJA DEEH

Pada minggu kemarin, kita telah membahas mengenai bank dan perusahaan sekuritas. Mungkin ada baiknya sebelum melangkah lebih jauh, dibahas sedikit mengenai perusahaan asuransi agar ke depan dapat dikupas keterkaitan antara bank, sekuritas, dan asuransi.

Apa itu asuransi? Menurut bahasa orang awan sih, asuransi itu terjemahan dari bahasa inggris: insurance. Insurance sendiri memiliki akar kata insure dan ensure. Sehinga asuransi itu adalah produk keuangan yang fungsinya to insure/ensure yang artinya untuk memastikan, menyakinkan, dan menjamin para pihak yang menjadi pengguna produk tersebut.

Apa yang ingin dipastikan, diyakinkan, atau dijamin oleh asuransi? Jawabannya: masa depan!

Mengapa masa depan mesti dipastikan, diyakinkan, atau dijamin? Karena manusia tidak dapat mengontrol masa depannya, dia tidak tahu dia akan sehat atau sakit, kaya atau miskin, kapan dimana dan dalam kondisi seperti apa dia mati, dsb.

Apa saja yang dicoba untuk dipastikan?
Banyak sekali, tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakpastian masa depan. Antara lain: kehidupan (sampai kapan usia hidup), kesehatan (berobat, kedokter, ke rumah sakit biaya mahal), harta benda (tempat tinggal, kendaraan, pabrik, mesin, peralatan), pendidikan (anak-anak perlu sekolah, biayanya juga makin mahal), keamanan (kebongkaran, kecurian rumah atau tempat dagang), bencana (kebakaran, banjir, gempa bumi), dll.

Karena ketidakpastian masa depan itu lahir lah produk-produk asuransi seperti, asuransi jiwa (life insurance), asuransi kesehatan (health insurance), asuransi kendaraan (all risk, total loss only / TLO), asuransi kapal (marine insurance), asuransi perdagangan (jika barang rusak/dicuri saat dalam proses pengiriman atau disimpan digudang), asuransi pembangunan/proyek (construction all risk), bahkan asuransi penjaminan kredit (jika kredit macet / default, pihak asuransi yang akan menanggung).

Walaupun saat ini sudah beragam produknya, tidak menutup kemungkinan produknya akan semakin bertambah di masa yang akan datang, tergantung dari sejeli dan secerdik apa para pakar product development melihat sesuatu yang berpeluang untuk dipastikan di masa depan. Bukan begitu?

Jika kita perhatikan baik-baik sedikit saja, kita akan menyadari bahwa produk-produk asuransi itu fungsinya akan selalu bermuara sebagai bentuk proteksi terhadap sesuatu yang dikhawatirkan menimbulkan kerugian di masa depan.

Bagaimana caranya hal tersebut bisa dipastikan/diproteksi? Dengan cara mengeluarkan uang (membayar premi) yang sedikit untuk memproteksi diri, harta, dll sebagaimana disebutkan tadi dari kerusakan/kerugian material yang lebih besar.

Misalnya:
Takut mobil yang harganya 150 juta dicuri orang (apalagi mobil mewah), jadi mending bayar premi 1-2 juta per tahun, keamanan mobil itu selama 1 tahun bisa dipastikan. Kalau ternyata dicuri orang gak rugi mesti beli lagi.

Begitu pula kalau takut mobilnya ditabrak, atau nabrak, digores orang. Berapa biaya nge-cat, biaya ke bengkel, dll. Cukup dengan membayar premi keselamatan mobil itu bisa dipastikan.

Atau karena takut sakit lalu tidak mampu membiayai, membayar obat, dokter, RS, dll sedangkan gaji pas-pasan. Lebih baik beli produk health insurance, preminya dibayar tiap bulan untuk jaga-jaga kalau sakit ada asuransi yang akan menanggung biayanya.

Dan masih banyak lagi contohnya.

Nah, logikanya bagaimana seseorang atau suatu lembaga sampai-sampai dia bisa-bisanya berani menjamin atau membayar ganti rugi dalam nilai tertentu yang jumlah materialnya besar bahkan mungkin sangat besar kepada pihak yang hanya membayar premi dengan nilai yang gak seberapa?

Tentu pihak asuransi gak akan berani berbuat hal itu kalau memang bisnis yang satu ini tidak menguntungkan. Dari premi yang dibayar oleh para pengguna asuransi, perusahaan mendapatkan sejumlah dana terkumpul dan jumlahnya terus terakumulasi, baik karena bertambahnya pengguna maupun karena frekuensi pembayaran premi yang rutin dari setiap pengguna. Dana itulah yang kemudian akan dikelola oleh perusahaan untuk menghasilkan laba. Bisa melalui money market, forex, saham, surat berharga, deposito di bank, dll.

Tentu pihak asuransi punya itung-itungan tersendiri mengenai hal itu. Termasuk memperhitungkan kerugian berupa: dari sekian banyak customernya berapa yang akan claim atau meminta ganti rugi. Tentu dari 1 juta orang yang membayar premi kesehatan tidak semuanya akan sakit parah. Dari sekian juta mobil yang diasuransikan tidak semuanya akan tabrakan, atau dicuri, dll.

Mudah-mudahan penjelasan awam ini bisa membantu anda memahami bisnis asuransi.

Ada juga anekdot yang menyebutkan bahwa asuransi, adalah sesuatu yang membuat sulit disaat kita mudah dan membuat mudah disaat kita sulit. Ada juga yang berkata asuransi, dalam hal ini asuransi jiwa, adalah sesuatu produk yang membuat kita miskin disaat hidup dan membuat kita kaya disaat mati...
miskin karena saat hidup sebagian penghasilannya berkurang untuk membayar premi bahkan hidup menjadi serba pas-pasan, menjadi kaya saat mati karena asuransi akan membayar sejumlah tententu sesuai nilai pertanggungan. Jadi buat apa kaya kalau sudah mati?
Hehehehe just kidding !

Tak heran jika banyak pihak yang nakal, yang membakar pabriknya sendiri, yang menenggelamkan kapalnya sendiri di laut, bahkan yang sampai tega membunuh pasangannya, demi hanya untuk memperoleh harta dengan jalan pintas dari ganti rugi yang dibayar asuransi. Atau hanya sekedar ingin agar premi yang amat mahal yang telah dikelurkannya selama bertahun-tahun dapat kembali lagi.

Terlepas dari semua itu, asuransi adalah produk yang diperlukan di zaman ini, dan bersifat netral. Tergantung dari seperti apa prinsip yang digunakan, bagaimana dikelola, dan diterapkan.

Selasa, 11 November 2008

BANK LEMBAGA INTERMEDIASI

Sebelumnya kita telah membahas tentang perusahaan sekuritas dengan fungsinya sebagai mediator transaksi surat berharga. Sekarang kita bahas lembaga keuangan lainnya yang mungkin lebih sering kita dengar sehingga kita pun lebih mengenalnya daripada perusahaan sekuritas.

Lembaga keuangan lain yang mempunyai fungsi penting dalam perekonomian adalah bank. Pada intinya bank adalah lembaga intermediasi yang berfungsi menyerap dana dari masyarakat untuk disalurkan kembali kepada masyarakat. Bank ibarat jembatan penghubung antara pemilik dana dengan yang membutuhkan dana di sektor riil baik untuk keperluan konsumtif maupun produktif. Dengan adanya lembaga intermediasi ini diharapkan roda perekonomian bisa berjalan.

Apabila disederhanakan, fungsi bank dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Flow anak panah menunjukkan flow dana. Walaupun bisa saja bagan dibuat terbalik, namun dalam contoh ini aliran dana dibuat dari kanan ke kiri (dengan maksud tertentu untuk menjelaskan sesuatu saat kita sampai pada bahasan neraca). Dana dari masyarakat terserap bank dalam berbagai macam produk seperti giro (untuk keperluan transaksi usaha), tabungan, dan deposito; kemudian bank menyalurkannya dalam bentuk kredit (kovensional) atau pembiayaan (syariah) seperti untuk pemilikan rumah, kendaraan, modal kerja, dan investasi.

Sudah tentu menyimpan uang di bank lebih aman daripada menyimpannya di rumah karena bank memiliki infrastruktur pendukung yang lengkap. Disamping itu cukup mudah untuk menarik uang kita kembali apabila terdapat suatu kebutuhan, dan oleh karena itu bank menyediakan layanan lain dalam bentuk jasa keuangan seperti transfer, pembayaran listrik & telepon, pembelian pulsa, pelunasan kartu kredit, phone banking, dan internet banking.

Konsep itu saja yang perlu dipegang untuk memahami bank. Dana disebalah kanan, penyaluran dana disebelah kiri. Adanya ketidakseimbangan atau tidak berfungsinya salah satu sisi akan merusak fungsi intermediasi bank.

Di sebelah kanan, tanpa adanya dana yang masuk, bank tak akan mungkin dapat menyalurkan kredit/pembiayaan. Atau apabila terjadi rush (penarikan dana secara masal) seperti di saat krisis 1998 dan krisis 2008 ini, maka bank menjadi tidak likuid karena dana tersebut masih tertanam dalam bentuk pembiayaan, sehingga dibutuhkan tindakan penyelamatan (bailout) seperti yang dilakukan negara-negara barat untuk penyelamatan likuiditas dan penjaminan dari pemerintah setempat agar tidak terjadi kepanikan yang menimbulkan rush dana yang lebih besar oleh masyarakat.

Di sebelah kiri, tanpa adanya penyaluran kredit/pembiayaan bank akan mati, karena dari keuntungan penyaluran dana-lah bank hidup, dari situ-lah bank berbisnis. Apabila terjadi kesalahan dalam penyaluran dana, misalnya hingga menjadi macet, maka kemampuan pengembalian uang masyarakat yang disimpan di bank tersebut akan terganggu.

Pahamilah konsep ini, maka anda akan mengerti apakah bank tempat anda menyimpan dana sekarang ini sudah menjalankan fungsinya dengan baik atau belum. Bagaimana bank berkolaborasi dengan perusahaan sekuritas? Kita lanjutkan nanti.

PERUSAHAAN SEKURITAS

Melanjutkan bahasan tentang kertas, mengapa kertas itu bisa menjadi begitu berharga? Tentu tidak terlepas dari peranan perusahaan sekuritas. Bagi kita orang awam, sekuritas disini sama sekali tidak terkait dengan perusahaan yang menyediakan jasa/layanan keamanan (satpam dll), namun perusahaan yang menjalankan usaha yang terkait dengan surat-surat berharga baik sebagai agen, broker, arranger, dan pengurusan/penyediaan/perdagangan produk investasi dan keuangan lainnya.

Securities company sangat banyak jumlahnya antara lain Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, AAA Securities, Trimegah Securities, CIMB Securities, Mizuho Securities, Mitsubishi UFJ Securities, American Securities, Batasa Capital, Batasa Tazkia, dll.

Bagi perusahaan yang membutuhkan dana/pinjaman dalam bentuk obligasi, MTN (Medium Term Notes atau surat utang jangka menengah) bisa menggunakan jasa perusahaan sekuritas. Atau perusahaan yang membutuhkan modal untuk mendanai usahanya dengan menjadi perusahaan terbuka, securities company dapat membantu proses hingga perusahaan tersebut go public.

Bagi para investor/pemilik dana, perusahaan sekuritas dapat bertindak sebagai pialang/agen untuk saham-saham yang diperdagangkan. Bisa juga berfungsi sebagai fund manager atau sebagai kustodian (custody).

Singkat kata, perusahaan sekuritas terkait dengan konversi transaksi di sektor riil ke dalam bentuk surat berharga (instrumen keuangan).

Perlu diingat bahwa surat berharga hanyalah instrumen keuangan yang netral. Begitu pula dengan perusahaan sekuritas pada dasarnya bersifat netral. Yang membuat suatu pengaruh terhadap perdagangan surat berharga adalah prinsip dan praktek seperti apa yang diterapkan terkait dengan aktivitas surat berharga tersebut.

Dalam Islamic Finance perdagangan surat berharga dijaga dari unsur MAGHRIB dan terkait dengan sektor riil karena selalu memiliki underlying transaction. Hal tersebut dengan sendirinya memproteksi terjadinya penggelembungan nilai surat berharga.

Sedangkan yang saat ini terjadi sangat lah jauh berbeda. Transaksi surat berharga dilakukan tanpa terkait dengan sektor riil, diperjualbelikan berulang-ulang, ‘digoreng’ sedemikian rupa sehingga nilai surat berharga naik berlipat-lipat.

Sungguh suatu perkataan yang menyentak hati saya, saat seorang yang terkemuka dibidang reksadana mengatakan bahwa terkadang naik-turunnya nilai surat berharga sudah diatur dan direncanakan oleh pialang-pialang. Memang sangat logis alasan yang dikemukannya, pialang-pialang hidup dari keuntungan memperdagangkan surat berharga. Biar hidup tentu mereka harus untung, biar untung tentu nilainya harus naik, biar naik tentu harus ada transaksi. Agar terjadi transaksi tentu harus ada permintaan (dari pembeli potensial) akan surat berhaga tersebut. Permintaan bisa dibuat oleh mereka-mereka juga. Kertas yang per-lembarnya bernilai 1.000 dijual 1.500, si A untung 500 dan dari situ dia bisa hidup. Lalu B menjualnya ke C seharga 2.000, dengan keuntungan 500 dia bisa beli mobil. Begitu selanjutnya hingga seakan naiknya nilai tersebut hanya langit batasnya. Ironis jika tahu bahwa A, B, dan C merencanakan itu semua yang dikenal dengan istilah 'digoreng bareng-bareng'.

Bagaimana dalam syariah? Tentu semua itu tidak akan terjadi karena menciptakan permintaan semu adalah dilarang...

THE PAPER WORLD..MIMPI KALI YE...


Bayangkan bila dunia tanpa kertas, seperti apakah jadinya? Bayangkan pula, jika seluruh dunia ini dipenuhi oleh kertas.......atau bahkan dunia ini seluruhnya terbuat dari kertas....hmmm.....
Kertas banyak gunanya. Bisa untuk media tulis/cetak, bisa dibuat menjadi pembungkus, bisa dibuat mainan, bisa juga disulap menjadi kerajinan asal Jepang yaitu origami, dll.

Tapi untuk kertas yang satu ini bukan main-main pengaruhnya, karena kertas bisa menentukan maju-mundurnya usaha, untung-ruginya bisnis, bahkan bisa mengguncang dunia dan penentu nasib jutaan orang.

Pertanyaannya kertas yang seperti apa sih, kok kayaknya powerful banget?

Itulah kertas-kertas surat berharga atau dikenal dengan istilah securities. Securities bisa berupa deposito, saham, reksadana, obligasi, promissory notes, draft, insurance bahkan uang kertas juga termasuk ‘kertas’ yang berharga.

Saat kertas-kertas tersebut diperdagangkan tanpa terikat dengan transaksi sebenarnya disektor riil, lalu perlahan tapi pasti pada akhirnya kertas tersebut kembali menjadi tidak berharga, seperti layaknya saat ini guncangan ekonomi kembali menimpa dunia, maka nasib jutaan manusia berada di ujung tanduk.

Roy dan Glyn Davies (1996), dalam buku The History of Money From Ancient Time to Present Day, menguraikan bahwa sepanjang abad 20 ini telah terjadi 20 kali krisis yang melanda banyak negara.. Tercatat bahwa di abad 20 krisis terjadi sejak 1907, 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, 1998-2001, 2008. Jika di rata-rata, berarti kira-kira setiap 5-10 tahun terjadi krisis akibat sistem perekonomian yang dibangun oleh kertas ini.

Jika para aktivis lingkungan hidup -termasuk kita mungkin- telah sekian lama meneriakkan suara hati, telah memprotes begitu banyak hal agar raksasa-raksasa perusahaan kertas (pulp & paper) diawasi secara ketat karena khawatir akan dampak buruknya terhadap lingkungan fisik, karena khawatir akan menggunduli hutan selain Hutan Taman Industri yang dikuasai oleh perusahaan tersebut demi terjaminnya pasokan bahan baku pabrik kertasnya, juga berbagai macam teknologi diulik sedemikian rupa agar dapat memaksimalkan proses daur ulang demi mengurangi dampak buruknya bagi kita; maka mengapa di sisi lain kita semua sampai saat ini hanya diam saja atas buruknya dampak sosial yang dibawa juga oleh 'kertas', padahal dampak kehancurannya bagi kehidupan sosial tidak kalah buruknya dengan kehancuran fisik?

Bangun lah! Sadarlah! Sudah saatnya kita melek finansial, untuk tidak terseret lagi ke situasi krisis seperti ini lagi di masa depan, hanya karena setumpuk kertas.

Senin, 10 November 2008

‘DUMB DONKEY !’ SEBUAH CERITA UNTUK BUBBLE ECONOMY

Mungkin ini bukanlah gambaran yang tepat untuk bubble economy. Ini hanyalah usaha yang dari seorang yang awam untuk bisa menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana.

Konon, kuda arabia adalah kuda yang paling gagah dan paling unggul kualitasnya di dunia. Betapa berharganya nilai untuk seekor kuda arabia itu, hingga untuk membelinya saja dibutuhkan beberapa gepok uang seratus dollar Amerika. Itulah memang harga yang pantas untuk seekor kuda arabia.

Namun tatkala kuda itu dihargai melebihi nilai yang seharusnya hingga menjadi segudang uang dollar Amerika, maka sang kuda arabia yang gagah perkasa itu pun merasa malu sendiri..hingga akhirnya berubah menjadi seekor keledai bodoh.....yang hanya bisa menyeringai sebagai reaksinya atas prilaku manusia yang juga bodoh dan ceroboh karena telah menghargainya lebih dari yang seharusnya.....

Lalu saat keledai bodoh itu mengangkut tumpukan uang yang dihargai manusia untuknya, dia tak sanggup lagi menanggung ‘beban’ akibat mahalnya ‘bandrol’ yang disematkan manusia pada dirinya....


Jumat, 07 November 2008

MENGUNGKAP FAKTA WALL STREET VS MAIN STREET




Kembali bermula dari pidato kemenangan yang disampaikan oleh Barack Obama sebagai Presiden AS terplih yang ke-44, dari serangkaian pidato energik dan inspiratifnya Sang Presiden sempat mengucapkan satu kalimat:


“Let us remember that, if this financial crisis taught us anything, it's that we cannot have a thriving Wall Street while Main Street suffers.”

“Mari kita hujamkan dalam ingatan kita bahwa, jika krisis financial (saat) ini mengajarkan kita sesuatu, itu adalah bahwa kita tidak akan dapat menyaksikan Wall Street yang tumbuh subur. maju dan berkembang pesat sedangkan Main Street menderita.”



Berangkat dari situ, saya tertarik untuk sedikit membuka fakta tentang apa yang terjadi dewasa ini antara Wall Street dan Main Street.
Wall Street adalah representasi dari sektor financial/moneter, karena bursa saham dan pusat financial institution terbesar di dunia terletak di Wall Street. Diberi nama Wall yang berarti tembok/dinding, karena saham dan komoditi diperdagangkan dalam bentuk angka-angka atau indeks yang ditulis dalam media seperti papan tulis yang menyerupai dinding, seperti ini:
Sedangkan Main Street adalah representasi dari sektor ril, sektor dimana dunia usaha yang sesungguhnya berjalan. Dari pidatonya tersebut, Presiden Obama ingin mengatakan bahwa krisis dunia ini yang dipicu oleh jatuhnya bursa saham di Wall Street disebabkan karena sektor moneter yang tidak terkait dengan sektor riil. Padahal justru fundamental perekonomian adalah sektor riil.

Saya harap Anda masih ingat dengan contoh jual-beli pisang yang menimbulkan bubble economy. Dalam contoh tersebut nilai transaksi finansialnya mencapai 3x lipat nilai riil. Tahukah kita, seberapa besar gap/kesenjangan antara Wall Street dan Main Street saat ini, hingga akhirnya menjadi pemicu krisis keuangan global?

Sebab utama krisis bisa dilacak dari begitu berkuasanya sektor moneter [sistem uang kertas, lembaga keuangan ribawi yang menjalankan bisnisnya dengan prinsip bunga, pasar modal (capital market), pasar uang (money market), dan valas (forex)] atas sektor riil.

Seperti yang dikutip oleh Buletin Al-Islam Edisi 427, sebelum krisis tahun 1998 dana yang beredar dalam transaksi semu di pasar modal dan pasar uang dunia diperkirakan rata-rata mencapai 2-3 triliun dolar per hari nya, atau sebesar 700 triliun dolar dalam setahun.

Di sisi lain, arus perdagangan barang internasional dalam satu tahun hanya berkisar sekitar 7 triliun dollar. Artinya arus uang 100x lebih besar dari arus barang (republika, 18/8/2000), atau dengan kata lain penggelembungan nilai transaksi ‘kertas’ telah mencapai 100x dari nilai sebenarnya.

Selain itu, besaran transaksi yang terjadi di pasar uang dunia mencapai 1,5 trilun dolar per hari. Sementara besaran transaksi perdagangan dunia di sektor riil hanya mencapai 1% dari nilai tersebut. [Agustianto, 2007]

Belum lagi, uang yang beredar dalam transaksi valas mencapai 1,3 triliun dolar dalam setahun [Kompas September 2007].

Seluruh data tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sektor keuangan sangat cepat dan menggelembung melejit meninggalkan nilai sebenarnya di sektor riil, sehingga menimbulkan pertumbuhan semu di atas kertas dan bubble economy.

Tak heran jika contoh transaksi yang menggelembung hanya 3x lipat saja bisa membawa bencana, apalagi jika sudah mencapai 700x lipat.

Menerapkan prinsip-prinsip dalam Islamic Finance sebagai solusi sudah waktunya dilakukan, oleh siapapun dia, terlepas dari sistem nilai apa yang dianutnya karena prinsip-prinsip tersebut bersifat universal.

Perombakan besar-besaran di sektor keuangan adalah tugas berat, terutama dengan mengubah paradigma yang telah lama tertanam. Sebagai mana pidato Barack Obama:

“The road ahead will be long. Our climb will be steep. We may not get there in one year or even in one term.’

“Jalan yang terbentang di depan kita masih panjang. (Jalan) yang kita panjat akan curam. Kita tidak akan bisa mencapainya dalam waktu satu tahun atau satu periode sekalipun.”

PIDATO KEMENANGAN BARACK OBAMA


Pidato ini telah banyak menebarkan rasa aman bagi para serdadu AS yang dikirim ke Irak dan Afganistan karena mereka gembira akan ditarik pulang. Pidato yang menenangkan para orang tua di AS karena tahu anak-anak mereka yang menjadi serdadu tak lama lagi akan pulang ke kampung halaman. Pidato yang banyak disambut oleh negara-negara yang selama ini diteror dan diperangi oleh Bush dengan berbagai macam dalih palsu, dan pidato yang menjadi awal kekhawatiran Israel setelah Mc Cain yang mereka harapkan menang ternyata kalah telak.




Barack Obama telah mengubah Menlu AS yang selama ini dikenal sebagai tangan besi itu, Colin Powell. Setelah puluhan tahun Colin Powell mengabdi kepada dua Bush, tokoh Partai Republik yang moderat ini justru mendukung Barack Obama. Alasan utamanya, arah Partai Republik belakangan ini menjadi sangat kanan. "Tidak lagi seperti yang ingin saya saksikan. Pendekatan Partai Republik dan McCain makin sempit saja," kata Colin Powell. Pernyataan Powell itu jelas sangat menyentak. Sebab tak ada tanda-tanda sebelumnya bahwa ia bakal beralih mendukung Obama. Salah satu faktor penyebab perubahan sikap Powell ini adalah keberhasilan pendekatan Obama. Orang-orang terdekat Obama pun menyebutkan, kedua tokoh itu kerap bertemu empat mata dalam beberapa bulan terakhir. Mereka berdiskusi tentang beragam topik, mulai masalah Irak, Iran, Korea Utara, hingga beragam kebijakan tentang kesehatan dan pendidikan. Pernyataan dukungan Powell, seorang Republikan moderat, itu ternyata menaikkan pamor Obama dalam berbagai jajak pendapat nasional. Hubungannya dengan McCain pun retak. [http://www.gatra.com/]

Inilah pidato pertama Barack Obama sebagai presiden AS terpilih yang dia sampaikan di Grant Park, Chicago, Illinois, Selasa malam (4/11) atau Rabu pagi waktu Jakarta (5/11) seperti dirilis lengkap di CNN.com. dan diterjemahkan oleh http://www.myrmnews.com/:


Hallo, Chicago!

Jika ada seseorang di luar sana yang masih ragu bahwa Amerika adalah sebuah tempat di mana segala sesuatu bisa terjadi, yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para pendiri bangsa ini masih bisa menjadi nyata di masa sekarang, yang masih mempertanyakan kekuatan demokrasi, malam ini pertanyaan Anda terjawab.

Jawabannya ada pada antrean panjang di sekolah-sekolah dan gereja-gereja yang jumlahnya tidak terhitung, pada orang-orang yang rela menunggu tiga sampai empat jam, dan sebagian besar dari mereka merupakan pengalaman pertama, karena mereka yakin kali ini harus beda dan bahwa suara mereka bisa mendatangkan perbedaan.

Ini adalah jawaban yang dibicarakan orang tua dan muda, kaya dan miskin, Demokrat dan Republik, hitam, putih, Hispanik, Asia, asli Amerika, gay, normal, cacat, dan tidak cacat. Amerika yang mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kita bukan hanya kumpulan individu semata atau kumpulan negara bagian merah dan biru.

Kita adalah, dan akan selalu menjadi, The United States of America!

Ini adalah jawaban yang membuat mereka yang sudah sekian lama oleh banyak orang dikatakan sinis serta penakut dan penuh keragu-raguan dalam mencapai sesuatu bisa menumpangkan tangannya pada sejarah dan membelokkannya ke arah harapan yang lebih cerah, sekali lagi.

Sudah sekian lama, tapi (perjalanan baru dimulai) malam ini, karena apa yang kita lakukan hari ini, pada pemilihan kali ini dan pada saat yang menentukan ini, telah mendatangkan perubahan bagi Amerika.

Beberapa waktu lalu, saya menerima telepon ucapan selamat yang luar biasa dari Senator (John) McCain.

Senator McCain sudah melewati perjuangan yang panjang dan sulit selama kampanye. Dan, dia bahkan sudah berjuang lebih lama dan lebih sulit demi bangsa yang dia cintai. Dia sudah lama berkorban bagi Amerika, lebih dari yang kita bayangkan selama ini. Kita menjadi lebih baik berkat pengabdian pemimpin yang pemberani dan tidak egois itu.

Saya mengucapkan selamat kepadanya (McCain); juga kepada Gubernur (Sarah) Palin atas seluruh pencapaian mereka. Dan, saya berharap bisa bekerja sama dengan mereka dalam beberapa bulan ke depan untuk bersama-sama memperbarui janji bangsa ini.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada partner yang selalu mendampingi saya dalam perjalanan ini, seorang pria yang berkampanye dari dalam hatinya, dan berbicara atas nama kaum pria serta wanita yang tumbuh besar bersamanya di Jalanan Scranton dan berkendara bersamanya di kereta jurusan Delaware, wakil presiden terpilih AS, Joe Biden.

Dan saya tidak akan berdiri di sini malam ini tanpa dukungan terus-menerus dari sahabat saya selama 16 tahun terakhir, batu karang keluarga kami, cinta dalam hidup saya, first lady bangsa ini berikutnya, Michelle Obama. Sasha dan Malia, saya mencintai kalian lebih dari yang bisa kalian bayangkan. Dan, kalian sudah mendapatkan anak anjing baru yang akan menemani kita di Gedung Putih yang baru.

Dan, meskipun dia sudah tidak lagi bersama kita, saya yakin nenek saya melihat, bersama dengan keluarga yang telah menjadikan saya manusia seperti sekarang. Saya merindukan mereka semua malam ini. Saya tahu bahwa utang saya kepada mereka tidak terhitung lagi.

Saudari saya Maya, Alma, seluruh saudara laki-laki dan saudara perempuan saya, terima kasih banyak atas dukungan yang telah kalian berikan kepada saya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka.

Dan kepada manajer kampanye saya, David Plouffe, pahlawan di balik layar yang menciptakan kampanye politik paling hebat, saya rasa, di sepanjang sejarah AS. Kepada chief strategist saya, David Axelrod, yang menjadi mitra di setiap langkah saya.

Kepada tim kampanye terhebat yang pernah ada di sepanjang sejarah politik. Kalian telah menjadikan semuanya nyata dan saya akan selalu berutang budi kepada kalian atas pengorbanan yang telah kalian berikan.

Saya bukanlah kandidat yang paling disukai di sini. Kita tidak memulainya dengan banyak uang atau banyak dukungan. Kampanye kita pun tidak berangkat dari Washington. Melainkan dari halaman belakang Des Moines dan ruang tamu Concord serta serambi depan Charleston. Dibangun oleh pekerja pria dan wanita yang merelakan sebagian tabungan kecil mereka untuk mendonasikan USD 5 (sekitar Rp 54 ribu) dan USD 10 (sekitar Rp 108 ribu) demi kampanye.

Menjadi kuat berkat generasi muda yang mampu menolak mitos, apatis masa kini, serta berani meninggalkan rumah dan keluarga mereka demi melakukan pekerjaan dengan bayaran kecil dan membuat mereka kurang tidur.

Juga dari kalangan yang tidak terlalu muda, yang memberanikan diri menembus dingin dan panasnya udara demi mengetuk satu per satu pintu orang asing, dan dari jutaan warga Amerika yang menjadi sukarelawan serta mengatur diri sendiri dan membuktikan bahwa dalam dua abad mendatang, pemerintahan yang benar-benar berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat masih akan tetap ada.


Ini adalah kemenangan kalian!

Dan, saya tahu bahwa kalian melakukan semua ini bukan semata-mata untuk memenangkan pilpres. Dan, saya juga tahu, kalian tidak melakukannya untuk saya.

Kalian semua melakukan ini semua karena benar-benar memahami betapa banyaknya tugas yang menanti di depan sana. Bahkan, saat kita merayakan (kemenangan) malam ini, kita semua tahu bahwa tantangan yang akan kita hadapi di masa mendatang adalah yang paling berat -dua perang, planet (bumi) yang berada dalam bahaya, krisis keuangan terburuk sepanjang abad.

Saat kita berdiri di sini malam ini, kita juga tahu bahwa sebagian warga Amerika yang pemberani sedang berjaga di padang gurun Iraq dan pegunungan Afghanistan, mempertaruhkan nyawa mereka untuk kita.

Juga ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang selalu terjaga saat anak-anak mereka tertidur, dan pusing memikirkan cara membayar utang mereka atau membayar biaya berobat atau menyisihkan uang demi biaya pendidikan anak-anak mereka.

Ada semangat baru yang harus dimanfaatkan, lapangan pekerjaan baru yang harus diciptakan, sekolah-sekolah baru yang harus dibangun, ancaman yang harus dihadapi, dan perserikatan yang harus diperbaiki.

Jalan yang terbentang di depan kita masih panjang. Yang kita panjat akan curam. Kita tidak akan bisa mencapainya dalam waktu satu tahun atau satu periode sekalipun. Tapi, Amerika, saya belum pernah seyakin malam ini bahwa kita akan mencapainya.

Saya berjanji kepada Anda sekalian, kita semua sebagai rakyat akan mampu mencapainya.

Akan terjadi pengulangan kembali dan awal yang salah. Akan ada banyak orang yang tidak setuju dengan keputusan atau kebijakan yang saya tentukan sebagai presiden. Dan, kita semua tahu bahwa pemerintah tidak bisa selalu menyelesaikan masalah.

Tapi, saya akan selalu jujur kepada Anda semua tentang tantangan apa pun yang kita hadapi. Saya akan mendengarkan Anda semua, terutama saat kita berbeda pendapat. Dan, di atas semuanya itu, saya akan mengajak Anda semua bekerja sama membenahi bangsa ini. Sistem yang baru sekali diterapkan di Amerika selama 221 tahun -blok demi blok, bata demi bata.

Apa yang sudah dimulai 21 bulan lalu di musim dingin yang mencekam tidak bisa berakhir begitu saja di suatu malam musim gugur ini.

Kemenangan ini bukanlah perubahan yang kita cari. Ini hanyalah kesempatan bagi kita untuk mewujudkan perubahan itu. Dan itu tidak akan pernah terjadi jika kita kembali mencontoh masa lalu.

Semua ini tidak akan terjadi tanpa kalian, tanpa semangat pengabdian baru, semangat pengorbanan baru.

Jadi, marilah kita menghimpun semangat patriotisme baru, tanggung jawab baru, di mana masing-masing dari kita seharusnya memutuskan untuk tampil bersama dan bekerja lebih keras dan tidak hanya memedulikan diri sendiri, tapi juga orang lain.

Yang harus diingat-ingat adalah bahwa krisis finansial ini mengajarkan kita untuk tidak perlu memanjakan Wall Street, sementara Main Street menderita.

Di negara ini, kita jatuh dan bangun bersama sebagai satu negara, sebagai suatu masyarakat. Marilah kita menolak godaan untuk kembali jatuh pada paham partisan dan kepicikan dan kekanak-kanakan yang sudah meracuni politik kita sekian lama.

Marilah kita mengingat bahwa manusia dari negara inilah yang kali pertama membawa banner Partai Republik ke Gedung Putih, partai yang dibangun di atas nilai-nilai kepercayaan diri dan kebebasan individu dan persatuan nasional.

Itu adalah nilai-nilai yang bisa kita bagikan. Sementara Partai Demokrat merasakan kemenangan besar malam ini, itu semua dicapai dengan kerendahan hati dan tujuan untuk membalut perpecahan yang menghambat kita untuk maju.

Seperti yang dikatakan Lincoln kepada sebuah negara yang jauh lebih terpecah belah dari kita, kita bukanlah musuh, tapi teman. Meskipun hati bisa terluka, tapi jangan sampai mematahkan semangat kita dan persaudaraan kita.

Dan bagi seluruh rakyat Amerika yang dukungannya belum saya dapatkan, atau yang mungkin suaranya tidak mengantarkan saya pada kemenangan malam ini, saya tetap mendengarkan seruan Anda. Saya membutuhkan bantuan Anda. Bagaimanapun, saya tetap akan menjadi presiden Anda.

Dan bagi semua orang yang menyaksikan pidato malam ini jauh dari wilayah kami, dari parlemen dan istana, juga bagi mereka di sudut bumi yang hampir terlupakan dan mendengar pidato ini dari radio, kisah kami tetap tunggal, tapi nasib kita ditanggung bersama dan fajar baru kepemimpinan Amerika sudah ada di tangan kita.

Bagi mereka yang ingin menghancurkan dunia: Kami akan mengalahkan kalian! Bagi mereka yang mencintai perdamaian dan keamanan: Kami akan mendukung kalian! Bagi mereka yang membayangkan bahwa mercusuar Amerika masih menyala dengan terang: Malam ini kami kembali membuktikan bahwa kekuatan sejati negara ini datang bukan dari militer atau kekayaan, tapi dari kekuatan idelisme kita yang terus hidup. Yakni, demokrasi, liberti, kesempatan, dan harapan tanpa akhir.

Fakta cemerlang tentang Amerika adalah bahwa Amerika bisa berubah. Persatuan kita bisa disempurnakan. Apa yang sudah kita capai hingga sekarang memberikan semangat kepada kita bahwa kita bisa mencapai masa depan.

Pilpres kali ini memiliki sangat banyak kisah dan kejadian perdana yang bakal terus dikenang dari generasi ke generasi. Tapi, satu yang terlintas di benak saya adalah seorang perempuan yang mencoblos di Atlanta. Dia sebenarnya sama dengan jutaan pemilih lain yang berdiri di baris antrean dan ingin suaranya didengar lewat pilpres. Tapi, satu yang membedakannya dengan yang lain. Yakni, bahwa Ann Nixon Cooper sudah berumur 106 tahun.

Dia dilahirkan satu generasi setelah perbudakan berakhir: saat tidak ada mobil atau pesawat; saat seseorang seperti dia tidak bisa memberikan suaranya karena dua alasan. Karena dia perempuan dan karena warna kulitnya.

Dan malam ini, saya berpikir bahwa dia sudah melewati banyak hal selama seabad di Amerika - sakit hati dan harapan; perjuangan dan progresnya; masa-masa di mana kita diklaim tidak bisa, dan orang-orang yang dipaksa meyakini iman Amerika: Ya kita bisa!

Pada suatu masa, saat suara perempuan tidak dianggap dan harapan-harapan mereka dihapuskan, dia hidup untuk mereka, berdiri dan menyuarakan aspirasi mereka, dan berusaha mendapatkan hak pilih. Ya, kita bisa!

Ketika ada keputusasaan dan depresi di negeri ini, dia melihat sebuah bangsa yang mampu mengalahkan ketakutannya sendiri lewat kesepakatan baru, lapangan pekerjaan baru, tujuan baru. Ya, kita bisa!

Saat bom jatuh di pelabuhan kita dan tirani mengancam dunia, dia berada di sana menyaksikan sebuah generasi tumbuh menjadi besar dan menyelamatkan demokrasi. Ya, kita bisa!

Dia berada di sana demi bus-bus Montgomery, selang air di Birmingham, jembatan di Selma, dan pengkhotbah dari Atlanta yang selalu mengatakan kepada orang lain bahwa "Kita akan melewatinya." Ya, kita bisa!

Manusia berhasil mendarat di bulan, tembok Berlin berhasil dirobohkan, dunia disatukan oleh ilmu pengetahuan dan imajinasi kita sendiri.

Dan tahun ini, dalam pilpres kali ini, dia menyentuhkan jarinya di layar dan menentukan pilihan. Sebab, setelah 106 tahun di Amerika, melewati masa-masa sulit dan gelap, dia tahu benar bahwa Amerika bisa berubah. Ya, kita bisa!

Amerika, kita sudah menempuh perjalanan sejauh ini. Kita sudah banyak melihat. Tapi, masih lebih banyak tugas yang harus kita lakukan. Jadi, malam ini, marilah kita bertanya kepada diri sendiri apakah anak-anak kita masih bisa tetap hidup hingga abad yang akan datang. Jika saja anak-anak perempuan saya bisa seberuntung Ann Nixon Cooper dan berumur panjang, perubahan apa yang akan mereka lihat? Progres seperti apa yang kita buat?

Ini adalah kesempatan kita untuk menjawab panggilan itu. Inilah saatnya.

Masanya sudah tiba, untuk membuat rakyat kita kembali bekerja dan membuka kesempatan bagi anak-anak kita. Untuk mengembalikan kemakmuran dan menjunjung perdamaian. Untuk meraih kembali mimpi Amerika dan menegaskan bahwa kebenaran yang sejati, di antara banyak yang lain, adalah kita semua satu. Sambil kita bernapas, kita pun berharap.

Dan, saat kita dihadapkan pada kesinisan dan keraguan dan orang-orang yang mengatakan bahwa kita tidak bisa, kita akan menjawab semua itu dengan iman dan keyakinan yang didapat dari semangat semua orang: Ya, kita bisa!

Terima kasih. Tuhan memberkati Anda sekalian. Dan, semoga Tuhan juga memberkati United States of America!

Kamis, 06 November 2008

VICTORY SPEECH OF BARACK OBAMA

Melanjutkan kutipan pidato pembuka Barack Obama saat terpilih sebagai Presiden AS pada pembahasan sebelumnya, pidato yang disambut pujian banyak orang, pidato yang menggugah hati, lugas, tajam, dan disampaikan tanpa teks, selengkapnya dikutip disini:


Hello, Chicago.

If there is anyone out there who still doubts that America is a place where all things are possible, who still wonders if the dream of our founders is alive in our time, who still questions the power of our democracy, tonight is your answer.

It's the answer told by lines that stretched around schools and churches in numbers this nation has never seen, by people who waited three hours and four hours, many for the first time in their lives, because they believed that this time must be different, that their voices could be that difference.

It's the answer spoken by young and old, rich and poor, Democrat and Republican, black, white, Hispanic, Asian, Native American, gay, straight, disabled and not disabled. Americans who sent a message to the world that we have never been just a collection of individuals or a collection of red states and blue states.

We are, and always will be, the United States of America.

It's the answer that led those who've been told for so long by so many to be cynical and fearful and doubtful about what we can achieve to put their hands on the arc of history and bend it once more toward the hope of a better day. Watch Obama's speech in its entirety »

It's been a long time coming, but tonight, because of what we did on this date in this election at this defining moment change has come to America.

A little bit earlier this evening, I received an extraordinarily gracious call from Sen. McCain.

Don't Miss
America votes for change
Transcript of McCain's concession speech
African-American centenarian votes
Obama grandmother dies before election
Presidential election results


Sen. McCain fought long and hard in this campaign. And he's fought even longer and harder for the country that he loves. He has endured sacrifices for America that most of us cannot begin to imagine. We are better off for the service rendered by this brave and selfless leader.

I congratulate him; I congratulate Gov. Palin for all that they've achieved. And I look forward to working with them to renew this nation's promise in the months ahead.

I want to thank my partner in this journey, a man who campaigned from his heart, and spoke for the men and women he grew up with on the streets of Scranton and rode with on the train home to Delaware, the vice president-elect of the United States, Joe Biden.

And I would not be standing here tonight without the unyielding support of my best friend for the last 16 years the rock of our family, the love of my life, the nation's next first lady Michelle Obama.

Sasha and Malia I love you both more than you can imagine. And you have earned the new puppy that's coming with us to the new White House.

And while she's no longer with us, I know my grandmother's watching, along with the family that made me who I am. I miss them tonight. I know that my debt to them is beyond measure.

To my sister Maya, my sister Alma, all my other brothers and sisters, thank you so much for all the support that you've given me. I am grateful to them.

And to my campaign manager, David Plouffe, the unsung hero of this campaign, who built the best -- the best political campaign, I think, in the history of the United States of America.

To my chief strategist David Axelrod who's been a partner with me every step of the way.

To the best campaign team ever assembled in the history of politics you made this happen, and I am forever grateful for what you've sacrificed to get it done.

But above all, I will never forget who this victory truly belongs to. It belongs to you. It belongs to you.

I was never the likeliest candidate for this office. We didn't start with much money or many endorsements. Our campaign was not hatched in the halls of Washington. It began in the backyards of Des Moines and the living rooms of Concord and the front porches of Charleston. It was built by working men and women who dug into what little savings they had to give $5 and $10 and $20 to the cause.

It grew strength from the young people who rejected the myth of their generation's apathy who left their homes and their families for jobs that offered little pay and less sleep.

It drew strength from the not-so-young people who braved the bitter cold and scorching heat to knock on doors of perfect strangers, and from the millions of Americans who volunteered and organized and proved that more than two centuries later a government of the people, by the people, and for the people has not perished from the Earth.

This is your victory.

And I know you didn't do this just to win an election. And I know you didn't do it for me.

You did it because you understand the enormity of the task that lies ahead. For even as we celebrate tonight, we know the challenges that tomorrow will bring are the greatest of our lifetime -- two wars, a planet in peril, the worst financial crisis in a century.

Even as we stand here tonight, we know there are brave Americans waking up in the deserts of Iraq and the mountains of Afghanistan to risk their lives for us.

There are mothers and fathers who will lie awake after the children fall asleep and wonder how they'll make the mortgage or pay their doctors' bills or save enough for their child's college education.

There's new energy to harness, new jobs to be created, new schools to build, and threats to meet, alliances to repair.

The road ahead will be long. Our climb will be steep. We may not get there in one year or even in one term. But, America, I have never been more hopeful than I am tonight that we will get there.

I promise you, we as a people will get there.

There will be setbacks and false starts. There are many who won't agree with every decision or policy I make as president. And we know the government can't solve every problem.

But I will always be honest with you about the challenges we face. I will listen to you, especially when we disagree. And, above all, I will ask you to join in the work of remaking this nation, the only way it's been done in America for 221 years -- block by block, brick by brick, calloused hand by calloused hand.

What began 21 months ago in the depths of winter cannot end on this autumn night.

This victory alone is not the change we seek. It is only the chance for us to make that change. And that cannot happen if we go back to the way things were.

It can't happen without you, without a new spirit of service, a new spirit of sacrifice.

So let us summon a new spirit of patriotism, of responsibility, where each of us resolves to pitch in and work harder and look after not only ourselves but each other.

Let us remember that, if this financial crisis taught us anything, it's that we cannot have a thriving Wall Street while Main Street suffers.

In this country, we rise or fall as one nation, as one people. Let's resist the temptation to fall back on the same partisanship and pettiness and immaturity that has poisoned our politics for so long.

Let's remember that it was a man from this state who first carried the banner of the Republican Party to the White House, a party founded on the values of self-reliance and individual liberty and national unity.

Those are values that we all share. And while the Democratic Party has won a great victory tonight, we do so with a measure of humility and determination to heal the divides that have held back our progress.

As Lincoln said to a nation far more divided than ours, we are not enemies but friends. Though passion may have strained, it must not break our bonds of affection.

And to those Americans whose support I have yet to earn, I may not have won your vote tonight, but I hear your voices. I need your help. And I will be your president, too.

And to all those watching tonight from beyond our shores, from parliaments and palaces, to those who are huddled around radios in the forgotten corners of the world, our stories are singular, but our destiny is shared, and a new dawn of American leadership is at hand.

To those -- to those who would tear the world down: We will defeat you. To those who seek peace and security: We support you. And to all those who have wondered if America's beacon still burns as bright: Tonight we proved once more that the true strength of our nation comes not from the might of our arms or the scale of our wealth, but from the enduring power of our ideals: democracy, liberty, opportunity and unyielding hope.

That's the true genius of America: that America can change. Our union can be perfected. What we've already achieved gives us hope for what we can and must achieve tomorrow.

This election had many firsts and many stories that will be told for generations. But one that's on my mind tonight's about a woman who cast her ballot in Atlanta. She's a lot like the millions of others who stood in line to make their voice heard in this election except for one thing: Ann Nixon Cooper is 106 years old.

She was born just a generation past slavery; a time when there were no cars on the road or planes in the sky; when someone like her couldn't vote for two reasons -- because she was a woman and because of the color of her skin.

And tonight, I think about all that she's seen throughout her century in America -- the heartache and the hope; the struggle and the progress; the times we were told that we can't, and the people who pressed on with that American creed: Yes we can.

At a time when women's voices were silenced and their hopes dismissed, she lived to see them stand up and speak out and reach for the ballot. Yes we can.

When there was despair in the dust bowl and depression across the land, she saw a nation conquer fear itself with a New Deal, new jobs, a new sense of common purpose. Yes we can.

When the bombs fell on our harbor and tyranny threatened the world, she was there to witness a generation rise to greatness and a democracy was saved. Yes we can.

She was there for the buses in Montgomery, the hoses in Birmingham, a bridge in Selma, and a preacher from Atlanta who told a people that "We Shall Overcome." Yes we can.

A man touched down on the moon, a wall came down in Berlin, a world was connected by our own science and imagination.

And this year, in this election, she touched her finger to a screen, and cast her vote, because after 106 years in America, through the best of times and the darkest of hours, she knows how America can change.

Yes we can.

America, we have come so far. We have seen so much. But there is so much more to do. So tonight, let us ask ourselves -- if our children should live to see the next century; if my daughters should be so lucky to live as long as Ann Nixon Cooper, what change will they see? What progress will we have made?

This is our chance to answer that call. This is our moment.

This is our time, to put our people back to work and open doors of opportunity for our kids; to restore prosperity and promote the cause of peace; to reclaim the American dream and reaffirm that fundamental truth, that, out of many, we are one; that while we breathe, we hope. And where we are met with cynicism and doubts and those who tell us that we can't, we will respond with that timeless creed that sums up the spirit of a people: Yes, we can.

Thank you. God bless you. And may God bless the United States of America.

Sumber:
http://edition.cnn.com/2008/POLITICS/11/04/obama.transcript/index.html


THE NEW PRESIDENT OF USA BARACK OBAMA: RETURNING FROM WALL STREET TO MAIN STREET

Tahun 2008 memang istimewa bagi dunia. Di tahun ini genap sudah satu dekade berlalunya krisis moneter 1998. Di tahun ini pula, krisis moneter kembali terjadi yang dimulai dari tumbangnya bursa saham dari negara adidaya AS.

Untuk anda penggemar balapan F-1 tahun ini juga istimewa, karena balapan jet darat 2008 itu melahirkan juara dunia baru. Seorang juara dunia yang fenomenal, dia lah Lewis Hamilton, pembalap asal Inggris yang menjadi jagoannya McLaren sampe bikin ‘kuda jingkrak’ Ferrari keteteran. Dia mengukir sejarah karena menjadi pembalap kulit hitam pertama yang bisa terjun diajang balap roda 4 paling bergensi F1, dan yang lebih membuat orang berdecak kagum, dia adalah pembalap termuda yang menjadi juara dunia F1.



Ada beberapa kesamaan dengan Lewis Hamilton, jika kita tengok ke negeri dimana awal krisis 2008 ini berawal, sebuah negeri adidaya AS yang saat ini sedang merayakan hasil pilpresnya, yang dimenangkan oleh Barack Obama. Dia lah Presiden kulit hitam pertama di AS, dia juga Presiden AS termuda yang pernah ada. Dia lah pemimpin baru bagi AS, yang tentunya kita harapkan bersama bisa memberikan warna dan sentuhan berbeda bagi AS sekaligus memberikan pengaruh positif bagi dunia. Karena jika kita tengok sejarah, kondisi dunia banyak dipengaruhi oleh pepimpin dari negara adidaya itu.

Kepribadian Sang Presiden, boleh dikatakan unik, karena dia tumbuh dengan gemblengan multi bangsa, multi budaya, dan multi etnis. Kehidupannya diwarnai oleh beragam interaksinya dengan dunia lain di luar AS yang membuka wawasannya tentang seperti apa sebenarnya kondisi dunia di luar AS.

Di dalam diri Barack Obama mengalir darah Kenya dari Ayahnya. Nama yang diberikan Ayahnya adalah Barack Hussein Obama. Konon kata ‘barack’ sendiri dalam bahasa Kenya artinya adalah barokah (baraka/berkah). Saudara sedarah dari Barack banyak yang muslim, dia sendiri pun dulu pernah menjadi muslim.

Ibunya adalah kulit putih AS, dan kakek-nenek dari Ibunya tinggal di Hawai. Barack sendiri sempat tumbuh besar di Hawai. Barrack kecil, pernah tinggal di Indonesia, bersekolah di SD Menteng Besuki. Panggilannya ketika itu adalah Barry Soetoro, karena dia hidup dibawah asuhan ibu dan ayah tirinya yang bernama Soetoro. Dari pernikahan tersebut, Barack dikaruniai seorang adik perempuan berdarah Indonesia yang juga bersekolah di Hawai.

Terkait dengan topik kita di blog ini: Islamic Finance, cukup menarik untuk disimak pidato (Victory Speech) dari Barack Obama tanggal 4 November 2008 (waktu AS) sebagai Presiden terpilih, yang disampaikan ditengah 200 ribuan pendukungnya di Grant Park, Chicago.

Dari Pidato yang cukup panjang yang disampaikan dengan lantang, lugas, tanpa teks, terdapat setidaknya satu kalimat yang singkat padat dan tajam:

“Let us remember that, if this financial crisis taught us anything, it's that we cannot have a thriving Wall Street while Main Street suffers.”
[http://edition.cnn.com/2008/POLITICS/11/04/obama.transcript/index.html]

Menurut
http://www.myrmnews.com/, terjemahan kalimat tersebut adalah:
“Yang harus diingat-ingat adalah bahwa krisis finansial ini mengajarkan kita untuk tidak perlu memanjakan Wall Street, sementara Main Street menderita. “

Perkenankan terjemahan versi saya:
“Mari kita hujamkan dalam ingatan kita bahwa, jika krisis financial (saat) ini mengajarkan kita sesuatu, itu adalah bahwa kita tidak akan dapat menyaksikan Wall Street yang tumbuh subur, maju dan berkembang dengan pesat sedangkan Main Street menderita.”

Wall Street adalah representasi dari sektor financial, karena bursa saham terbesar dan pusat institusi keuangan di dunia ada teletak di Wall Street. Diberi nama Wall yang berarti tembok/dinding, karena saham dan komoditi diperdagangkan dalam bentuk angka-angka atau indeks yang ditulis dalam media seperti papan tulis yang menyerupai dinding (wall).

Sedangkan Main Street adalah representasi dari sektor riil, sektor dimana dunia usaha yang sesungguhnya berjalan. Dari pidatonya tersebut, Presiden Obama ingin mengatakan bahwa krisis dunia ini yang dipicu oleh jatuhnya bursa saham di Wall Street, disebabkan karena ketidaksinkronan sektor riil dan moneter, dan dia ingin untuk memperkecil gap atau kesenjangan antara Wall Street dan Main Street yang sebelumnya oleh pemerintahan Bush malah semakin diperbesar. Dia ingin agar yang terjadi bukanlah bubble economy, bukan pertumbuhan semu. Dia ingin mengembalikan fundamental perkenonomian dunia khususnya AS atas dasar sektor riil.

Nilai-nilai tersebut, tidak lain adalah nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Islamic Finance yang telah dilupakan oleh manusia di seluruh dunia selama berabad-abad, bahwa sektor riil tidak bisa dipisahkan dari sektor moneter. Sektor moneter tidak bisa berjalan sendiri meninggalkan sektor riil. Sehingga dalam Islamic Finance adanya underlying transaction dalam setiap transaksi keuangan adalah wajib.

Dengan latar belakang kehidupan Presiden Obama, dan mengutip kalimat dari pidato nya tersebut, kita berharap semoga Sang Presiden mampu memperbaiki wajah AS menjadi lebih bersahabat bagi bangsa lain, dan dapat mengakomodasi kemaslahatan banyak pihak, tak terkecuali Indonesia, dan membebaskan dunia dari krisis finansial global.

Rabu, 05 November 2008

AUTO REJECTION, THE BEAUTY OF SHARIA

Masih membahas tentang pasar modal. Belakangan sebagaimana kita ketahui bahwa bursa-bursa saham di dunia ambruk berjatuhan hingga anjlok ±10%, dari mulai Wall Street, bursa di Eropa, dan Asia. Indeks saham Rusia bahkan lebih parah penurunan mencapai 15% sehingga otoritas bursa memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham.

Tak terkecuali di Indonesia, di minggu kedua bulan Oktober 2008 otoritas BEI (Bursa Efek Indonesia) juga sempat harus menghentikan sementara perdagangan saham setelah IHSG rontok lebih dari 10%. Kejadian ini adalah pertama kali dalam sejarah di Indonesia. Dulu BEI sempat ditutup pada 13 September 2000, namun bukan karena guncangan ekonomi seperti ini, tetapi karena force majeur akibat peledakan bom.

Setelah situasi mulai membaik, harga-harga saham mulai rebounce (naik kembali), ternyata kejadian serupa kembali muncul, di Rusia aktivitas bursa kembali dihentikan. Namun anehnya bukan karena harga saham yang anjlok, tetapi karena harga saham yang naik terlalu tajam.
Lho....? bukan kah naiknya harga saham itu baik, mengapa harus di hentikan?

Kejadian serupa juga terjadi di BEI yang sempat tutup-buka aktivitas bursa beberapa kali dalam sebulan. Hal ini memberikan arti bahwa otoritas bursa tidak menginginkan pergerakan harga saham yang ekstrim baik itu naik apalagi turun.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, otoritas BEI memberlakukan suatu kebijakan yang dikenal dengan Auto Rejection. Auto rejection sempat diberlakukan simetris 10%. Dengan adanya kebijakan tersebut harga saham dijaga ketat oleh otoritas bursa dengan batas atas dan batas bawah yang sama, keduanya tidak melebihi 10% dari harga saham yang diperdagangkan. Saat suatu saham naik atau turun lebih dari 10% secara otomatis otoritas bursa akan menghentikan perdagangan saham tersebut. Menyesuaikan dengan situasi yang ada, auto rejection dapat diberlakukan asimetris misalnya 10:15, artinya jika harga anjlok melebihi 10% atau naik lebih dari 15% saham tersebut di suspen (berhenti diperdagangkan).

Hal yang menarik adalah, jika pasar memang liberal, jika pasar memang bisa mengatur dirinya sendiri sebagaimana yang dianut oleh kaum kapitalis, mengapa harus diatur seperti itu? Ternyata, selidik punya selidik, otoritas bursa tidak mengingnkan sesuatu yang lebih buruk terjadi akibat ulah para spekulan dan oportunis yang dapat mengambil keuntungan dari jatuh bangun nya harga saham, si raja tega yang berdiri di atas penderitaan orang lain.

Masih ingat dengan short selling? Aktivitas-aktivitas seperti itulah yang ingin dihindarkan dengan diberlakukannya auto rejection. Adanya batas atas dan batas bawah dalam perdagangan saham setidaknya akan mempersempit ruang gerak para spekulan dan oportunis itu.

Tetapi, sebagai orang awam saya pengen ngeritik juga, kok muna ya kebijakannya...dengan diterapkannya asimetric auto rejection.....implikasinya....turun gak boleh tapi kalau naik lebih banyak boleh.....bukankah hal itu juga memberi ruang gerak berlebih bagi spekulan?

Prinsip-prinsip Islamic Finance dan Islamic Capital Market yang sempat dibahas sebelumnya, menunjukkan bahwa betapa indahnya sistem nilai yang universal tersebut. Jika konsisten diterapkan dalam setiap sendi perekonomian, tentu kita boleh berhadap krisis seperti ini tidak akan terjadi. Bagaimana pun, krisis ini semakin membuktikan The Beauty of Sharia.

SHORT SELLING BIANG KELADINYA

Setelah mengetahui beberapa transaksi yang tidak boleh dilakukan di Islamic Capital Market, kini saya ingin memperkenalkan salah satu transaksi yang menjadi fenomena karena mengguncang dan merontokkan bursa saham dunia. Transaksi itu dikenal dengan istilah short selling, di Indonesia biasa disingkat dengan nge-short. Para spekulan dan oportunis justru senang dengan kondisi krisis seperti ini, bagaikan memancing di air keruh, terlintas dalam pikirannya “Krisis gini enaknya nge-short..”

Adalah Simon Cawkwell, saat krisis finansial seperti ini menerpa, dia justru bisa mengambil untung hingga 250.000 pounds atau sekitar US$ 550 ribu / Rp.5 miliar hanya dalam waktu 1 jam. Tindakannya dalam memanfaatkan situasi krisis seperti inilah yang menyebabkan dia juluki sebagai “King of the Short Sellers”. [detik.com]

Berikut kutipan pemikirannya yang bersumber dari detik.com:
"Saya cinta krisis karena itulah masa orang-orang menjadi bodoh," ujarnya sambil menyeringai lebar.

"Saya selalu menyukai pasar yang bergerak cepat, karena kebodohan-kebodohan semakin sering membuat kesalahan, jadi saya siap untuk mengambil untung dari itu," tambahnya lagi seperti dikutip dari AFP, Jumat (17/10/2008).

"Saya mungkin akan meraup untuk 3 juta poundsterling tahun ini," ujarnya dengan pede.

Cawkwell kini tinggal disebuah flat mewah di distrik South Kensington, London yang juga dijadikannya sebagai kantor. Dengan 4 layar komputer, Ia memantau langsung pergerakan saham-saham sekaligus membuat prediksi yang meyakinkan.

Tingkah laku Cawkwell mendapat kecaman dari berbagai pihak karena dia disebut-sebut sebagai seorang penjudi sejati melalui pertaruhan di pasar saham.

Short selling adalah transaksi jual saham yang dilakukan oleh seseorang di bursa meskipun dia tidak memiliki saham tersebut. Perilaku tersebut adalah salah satu penyebab menjadi semakin ambruknya pasar saham belakangan ini. Sejumlah negara, termasuk Inggris pun sempat melarang aksi short selling ini.

Dalam Islamic Capital Market, sudah jelas short selling adalah salah satu hal yang dilarang. Secara syariah menjual sesuatu yang tidak dimiliki membuat transaksi batal dengan sendirinya, karena tidak terpenuhinya dua syarat jual-beli yaitu adanya penjual dan barang.

Bagaimana short selling dapat merontokkan pasar?
yaitu dengan menyuntikkan gharar yang bisa memanipulasi pasar. Saat seseorang nge-short, timbul informasi seolah memang benar ada para pemilik saham yang ingin menjual sahamnya (padahal tidak seperti itu). Sentimen seperti ini, terutama saat krisis akan dengan mudah memprovokasi pemilik saham lain untuk melakukan aksi yang sama, yaitu menjual sahamnya dengan tujuan –yang tulus atau lebih tepatnya polos karena diperdaya- untuk mencegah kerugian capital gain yang lebih besar. Karena aksi jual saham ini dilakukan secara berbondong-bondong, dengan sendirinya nilai saham tersebut anjlok. Saat nilai saham anjlok ke posisi yang ditentukan, barulah si pelaku short selling masuk ke pasar memborong saham-saham yang dilepas pemiliknya dengan harga yang sangat murah. Aksinya memborong saham tak bertuan dalam jumlah banyak ini, mendongkrak nilai saham yang semula tidak berharga menjadi cukup mahal. Sentimen ini membuat seolah pasar sudah membaik dan saham tersebut kembali menjadi incaran para investor. Saat sahamnya laris manis itulah si pelaku menjual sahamnya, dan mendapatkan untung besar dari capital gain.

Yang perlu diingat, transaksi tersebut dilakukan dalam waktu singkat sehingga banyak orang harus segara memutuskan jual atau beli. Di tengah kepanikan karena krisis seperti sekarang ini, banyak orang menjadi tidak rasional dan tidak dapat berfikir jernih dan panjang. Bayangkan untung Rp.5 miliar hanya dalam waktu 1 jam ??

Pertanyaannya adalah, apakah transaksi short selling itu terhormat? Apakah itu membawa pengaruh yang baik bagi pasar? Tentu tidak, pemerintah Inggris tempat Simon Cawkwell tinggal jelas melarang short selling dilakukan.

Apakah si pelaku benar-benar bermodal? Tidak, dia hanya modal ngomong bahwa dia punya barang mau dijual.

Apakah untung itu benar-benar nyata? Untuk si pelaku ya, tapi untuk pasar secara keseluruhan itu adalah keuntungan semu, karena keuntungan si pelaku di satu sisi telah menyebabkan kerugian banyak orang di pihak lain dengan nilai yang sepadan. Jika dijumlahkan, maka transaksi yang terjadi dipasar adalah NOL, sehingga itu adalah untung yang semu.

Satu lagi tabir kebenaran Islamic Finance terungkap dalam krisis ini. Apabila prinsip-prinsip Islamic Finance diterapkan, seperti dalam pasar modal, tentu sudah tidak ada lagi tempat bagi para pelaku short selling. Mind set setiap orang masuk ke bursa adalah untuk berinvestasi, sehingga bukan capital gain yang dia cari, bukan spekulasi yang ada dalam pikirannya, yang karena itu setiap orang tidak akan terprovokasi untuk melakukan aksi jual/beli akibat ulah si pelaku.
Anda setuju?