Jumat, 17 Oktober 2008

MAISIR PENYEBAB AMBRUKNYA BURSA SAHAM DUNIA

Saat krisis 2008 ini, khususnya satu minggu lalu, kita dihebohkan dengan ambruknya bursa-bursa saham di dunia baik di Asia, Eropa, Amerika Latin dan di AS sendiri sebagai negara sumber krisis. Pasar saham mengalami kepanikan yang luar biasa.

Saham-saham Wall Street ambruk hingga titik terendahnya sejak peristiwa 11/9 itu. Bahkan kepanikan di pasar saham sungguh parah hingga Indeks Dow Jones akhirnya turun di bawah level 10.000, yang terburuk sejak 4 tahun terakhir. Bahkan setelah DPR AS memberikan persetujuan bailout besar-besaran untuk penyelamatan hingga US$ 700 miliar, membuat investor trauma dan membuat saham-saham semakin rontok. (detik.com)

Bursa-bursa Eropa pun berjatuhan. Bursa London terpangkas hingga 7% setelah pemerintahnya mengumumkan rencana bailout untuk menyelamatkan bank-banknya dengan paket penyelamatan yang mencapai 50 miliar poundsterling (± US$ 99 miliar). Frankfurt dan Paris merosot lebih dari 6%. Indeks saham Rusia bahkan lebih parah, dengan penurunan hingga 15% sehingga otoritas bursa memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham.

Bursa-bursa regional juga ikut melemah 3-6% terjadi di Tokyo, Hong Kong, Seoul, Shanghai, dan Mumbai. Bursa di Asia ini mencapai level terburuknya dalam dua dekade terakhir.

Beralih ke Amerika Latin, seperti halnya penutupan bursa yang terjadi di Rusia, bursa di Brasil dan Peru bahkan harus dihentikan sementara karena kemerosotan yang tajam.

Tak terkecuali di Indonesia, otoritas BEI (Bursa Efek Indonesia) juga sempat harus menghentikan sementara perdagangan saham setelah IHSG rontok lebih dari 10%. Kejadian ini adalah pertama kali dalam sejarah di Indonesia. Dulu BEI sempat ditutup pada 13 September 2000, namun bukan karena guncangan ekonomi seperti ini, tetapi karena force majeur akibat peledakan bom.

Traksaksi jual beli saham yang umumnya dilakukan di dunia, walaupun bisa dirumuskan secara matematik, dirasionalisasi, dibuat tren bahkan dimodelkan, tetap saja tidak bisa terhindar dari aspek spekulatif.

Joseph Stiglitz, peraih Noble Ekonomi sekaligus tokoh dan pakar ekonomi AS yang paling getol mengkritik kebijakan ekonomi AS khususnya setelah dipimpin Bush, juga telah dengan gamblang menuliskan hal itu melalui buku yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia “Dekade Keserakahan”.

Rentannya spekulasi itu juga diakui oleh pakar-pakar bursa saham di dunia. Saking parahnya, perdagangan saham digambarkan tidak lebih dari sekedar arena kasino yang penuh dengan aktivitas perjudian. Spekulasi itulah dulu yang mengambrukkan pasar saham AS pada tahun 1929 yang menimbulkan depresi besar- besaran selama kurang lebih 10 tahun yang kini terulang lagi.

Di dalam syariah, aktivitas yang memiliki unsur-unsur spekulatif dikenal dengan istilah maisir. Ekonomi yang berbasis syariah, adalah ekonomi yang terproteksi dari maisir.

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan maisir. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya" [Al-Baqarah : 219)]

Bahkan maisir dikategorikan sebagai perbuatan setan dan disejajarkan dengan perbuatan dosa besar lainnya seperti syirik dan khamr (hal yang memabukkan):

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. [Al-Maidah : 90]
Ekonomi Syariah bukanlah ekonomi yang tidak up do date dan tidak mengenal saham, namun ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang memproteksi dirinya dari unsur maisir. Di dunia, termasuk di Indonesia telah dikembangkan saham-saham ber-basis syariah atau yang dikenal dengan istilah islamic index. Pada kesempatan yang lain, mudah-mudahan bisa dibahas dalam blog ini.

Tidak ada komentar: