Tampilkan postingan dengan label sekuritas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sekuritas. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 November 2008

ASURANSI, PENDUKUNG 1001 TRANSAKSI

Bank dan sekuritas memiliki fungsi yang berbeda, dan keduanya dapat saling bekerjasama, berkolaborasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Mari kita bahas peranan asuransi, agar bahasan kita disini melibatkan ketiga lembaga tersebut.

Tidak kalah oleh bank dan sekuritas, perusahaan asuransi juga banyak jumlahnya di dunia. AIG misalnya, perusahaan asuransi asal Amerika yang menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Beberapa waktu yang lalu, karena terimbas krisis tahun ini AIG sempat dilarikan ke ruang UGD kemudian di rawat di ICU untuk dilakukan tindakan penyelamatan (di bailout) oleh pemerintah Amerika yang mencapai ratusan miliar dollar.

Perusahaan keuangan yang besar, biasanya mempunyai perusahaan sekuritas dan asuransinya sendiri. Misalnya untuk bank sebesar Bank Mandiri, ia memiliki sekuritas dan asuransinya sendiri yaitu Mandiri Sekuritas dan AXA Mandiri. Hal tersebut dilakukan agar peluang bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain dapat diserap oleh grup usahanya sendiri, daripada diambil oleh orang lain, menguntungkan orang lain, dan membuat orang lain menjadi gemuk.

Betapa tidak, peluang bisnis yang bisa ditangkap asuransi di bank dan sekuritas sangat banyak jumlahnya dan sebagian besar hampir berulang setiap tahun (repeat order). Untuk kredit pemilikan kendaraan saja, ambil contoh kredit motor, bank tidak ingin motor yang dicicil oleh nasabahnya itu hilang atau rusak. Bagi bank motor tersebut juga berfungsi sebagai jaminan, sehingga bank berkepentingan untuk menjaganya.

Lain lagi dengan kredit pemilikan rumah, karena umumnya kredit rumah jumlahnya cukup besar dan bersifat jangka panjang, selain rumah sebagai jaminan yang diasuransikan dari kebakaran dll, si nasabah juga diwajibkan membayar premi untuk asuransi jiwa. Jika dalam perjalanannya si nasabah meninggal dunia, maka asuransi akan membayar/melunasi sisa hutang si nasabah ke bank.

Untuk kredit kendaraan dan rumah saja sudah banyak peluang bisnis asuransi, apalagi jika kreditnya lebih besar seperti yang terkait dengan mesin, pabrik, alat-alat berat (dozer, dump truck, reach stacker, top loader, dll), kapal, dan pesawat terbang yang harganya bisa mencapai puluhan juta dollar. Tentu resikonya semakin besar, sehingga bank memerlukan proteksi yang lebih besar, yang artinya peluang yang lebih besar lagi untuk asuransi.

Bahkan tidak hanya jaminan atau barang-barang yang dibiayai oleh bank saja yang diasuransikan tetapi penyaluran kreditnya sendiri juga dapat diasuransikan. Di Indonesia setidaknya ada tiga lembaga penjaminan kredit milik Pemerintah, yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia atau disingkat Askrindo, PT Asuransi Ekspor Indonesia yang dikenal dengan ASEI, dan Perum Sarana yang lebih ke segmen kredit UMKM.

Apabila dibutuhkan/diperlukan bank bisa saja meminta penjaminan kredit dari perusahaan asuransi. Apabila dalam perjalanannya terjadi default (kredit macet) bank akan meng-claim kerugian kredit tersebut dan mendapatkan penggantian dari perusahaan asuransi.

Belum cukup sampai disitu, surat-surat berharga yang berbasis kredit/surat hutang juga menjadi peluang pasar bagi perusahaan asuransi. Saat suatu perusahaan disekuritisasi akan bermunculan peluang baru bagi asuransi. Begitu pula dalam portofolio investasi, biasanya para broker dan investor tidak melepaskan aktivitasnya dari asuransi.

Nah dari siklus bisnis yang saling terkait satu sama lain antara bank, sekuritas, dan asuransi bagai mata rantai yang berputar, terjadinya gangguan di satu sisi akan berimbas kepada sisi lainnya.

Konon kabarnya, penyebab krisis dunia saat ini yaitu subprime mortgage dipicu oleh aktivitas bank, sekuritas, dan asuransi yang kebablasan yang terus menerus menggelembungkan asetnya.

Rabu, 19 November 2008

KOLABORASI BANK DAN SEKURITAS

Setelah mengenal bank, sekuritas, dan asuransi, kini saatnya kita membahas kolaborasi antara perusahaan-perusahaan tersebut yang sama-sama bergerak dibidang keuangan.

Kita bahas satu per satu. Dimulai dari kolaborasi antara bank dengan sekuritas.
Saat suatu bank bermaksud mengumpulkan modal dengan cara go public, bank membutuhkan perusahaan sekuritas sebagai underwriter. Saat IPO (initial public offering), untuk pertama kalinya saham bank tersebut dijual ke publik, yang dikenal dengan pasar primer (membeli dari tangan pertama). Para investor yang tertarik untuk membeli saham perdana bank tersebut juga membelinya melalui perusahaan sekuritas. Apabila bank telah terdaftar di bursa lalu dalam perjalanannya sahamnya diperjualbelikan, jual-beli saham tersebut dikenal dengan pasar sekunder.

Seperti halnya proses go public tersebut di atas, bank juga membutuhkan perusahaan sekuritas sebagai underwriter apabila bank bermaksud mencari sumber dana yang bukan dalam bentuk modal, seperti pinjaman jangka panjang (obligasi).

Atas jasa dari perusahaan sekuritas tersebut dalam penerbitan surat berharga atau kita sebut saja dalam meng-sekuritisasi suatu perusahaan baik bank maupun non bank, sekuritas memperoleh uderwriting fee, dan fee-fee lainnya yang jumlahnya woooow..fantastis....
Fee-nya itu biasanya berbentuk prosentase sebagai faktor pengali dari nilai surat berharga yang berhasil diterbitkan dan diserap oleh pasar...ckckck...semakin besar jumlahnya, semakin besar dapetnya...whuiiiif..bayangkan kalo dalam setaun ada beberapa kali proyek kayak gini......subur deh...bisa bikin seorang staff kaya mendadak.....apalagi direkturnya...
Anda tertarik bekerja untuk menjadi underwriter?

Di sisi lain, sekuritas juga membutuhkan bank..saat suatu perusahaan disekuritisasi atau bahkan saat pemerintah menerbitkan obligasi / SUN (Surat Utang Negara), tentu sekuritas akan mencari pasar yang mampu menyerap surat berharga tersebut...

Karena jumlahnya besar, sulit untuk mencari pihak yang punya banyak duit, mungkin banyak yang kaya, tapi untuk duit ‘cash keras’ tidak semua punya..oleh karena itu sekuritas jualan nyari pihak yang pegang cash...dan salah satu pihak yang pegang cash dalam jumlah banyak itu perbankan...
Sekuritas butuh bank biar jualannya laku, soalnya kalo gak laku kan ngaruh juga sama fee yang tadi kita bicarakan itu....hehehe
Kolaborasi antara kedua entitas ini dapat menjadi bagus dan menguntungkan, dapat juga justru menimbulkan kerugian dan kerusakan dikemudian hari. Nanti akan kita singgung, sabar ya..sebentar lagi..
Ini hanyalah sedikit contoh dari kolaborasi bank dengan sekuritas. Selanjutnya akan kita singgung keterkaitan dua entitas ini dengan asuransi.

Selasa, 11 November 2008

PERUSAHAAN SEKURITAS

Melanjutkan bahasan tentang kertas, mengapa kertas itu bisa menjadi begitu berharga? Tentu tidak terlepas dari peranan perusahaan sekuritas. Bagi kita orang awam, sekuritas disini sama sekali tidak terkait dengan perusahaan yang menyediakan jasa/layanan keamanan (satpam dll), namun perusahaan yang menjalankan usaha yang terkait dengan surat-surat berharga baik sebagai agen, broker, arranger, dan pengurusan/penyediaan/perdagangan produk investasi dan keuangan lainnya.

Securities company sangat banyak jumlahnya antara lain Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, AAA Securities, Trimegah Securities, CIMB Securities, Mizuho Securities, Mitsubishi UFJ Securities, American Securities, Batasa Capital, Batasa Tazkia, dll.

Bagi perusahaan yang membutuhkan dana/pinjaman dalam bentuk obligasi, MTN (Medium Term Notes atau surat utang jangka menengah) bisa menggunakan jasa perusahaan sekuritas. Atau perusahaan yang membutuhkan modal untuk mendanai usahanya dengan menjadi perusahaan terbuka, securities company dapat membantu proses hingga perusahaan tersebut go public.

Bagi para investor/pemilik dana, perusahaan sekuritas dapat bertindak sebagai pialang/agen untuk saham-saham yang diperdagangkan. Bisa juga berfungsi sebagai fund manager atau sebagai kustodian (custody).

Singkat kata, perusahaan sekuritas terkait dengan konversi transaksi di sektor riil ke dalam bentuk surat berharga (instrumen keuangan).

Perlu diingat bahwa surat berharga hanyalah instrumen keuangan yang netral. Begitu pula dengan perusahaan sekuritas pada dasarnya bersifat netral. Yang membuat suatu pengaruh terhadap perdagangan surat berharga adalah prinsip dan praktek seperti apa yang diterapkan terkait dengan aktivitas surat berharga tersebut.

Dalam Islamic Finance perdagangan surat berharga dijaga dari unsur MAGHRIB dan terkait dengan sektor riil karena selalu memiliki underlying transaction. Hal tersebut dengan sendirinya memproteksi terjadinya penggelembungan nilai surat berharga.

Sedangkan yang saat ini terjadi sangat lah jauh berbeda. Transaksi surat berharga dilakukan tanpa terkait dengan sektor riil, diperjualbelikan berulang-ulang, ‘digoreng’ sedemikian rupa sehingga nilai surat berharga naik berlipat-lipat.

Sungguh suatu perkataan yang menyentak hati saya, saat seorang yang terkemuka dibidang reksadana mengatakan bahwa terkadang naik-turunnya nilai surat berharga sudah diatur dan direncanakan oleh pialang-pialang. Memang sangat logis alasan yang dikemukannya, pialang-pialang hidup dari keuntungan memperdagangkan surat berharga. Biar hidup tentu mereka harus untung, biar untung tentu nilainya harus naik, biar naik tentu harus ada transaksi. Agar terjadi transaksi tentu harus ada permintaan (dari pembeli potensial) akan surat berhaga tersebut. Permintaan bisa dibuat oleh mereka-mereka juga. Kertas yang per-lembarnya bernilai 1.000 dijual 1.500, si A untung 500 dan dari situ dia bisa hidup. Lalu B menjualnya ke C seharga 2.000, dengan keuntungan 500 dia bisa beli mobil. Begitu selanjutnya hingga seakan naiknya nilai tersebut hanya langit batasnya. Ironis jika tahu bahwa A, B, dan C merencanakan itu semua yang dikenal dengan istilah 'digoreng bareng-bareng'.

Bagaimana dalam syariah? Tentu semua itu tidak akan terjadi karena menciptakan permintaan semu adalah dilarang...

THE PAPER WORLD..MIMPI KALI YE...


Bayangkan bila dunia tanpa kertas, seperti apakah jadinya? Bayangkan pula, jika seluruh dunia ini dipenuhi oleh kertas.......atau bahkan dunia ini seluruhnya terbuat dari kertas....hmmm.....
Kertas banyak gunanya. Bisa untuk media tulis/cetak, bisa dibuat menjadi pembungkus, bisa dibuat mainan, bisa juga disulap menjadi kerajinan asal Jepang yaitu origami, dll.

Tapi untuk kertas yang satu ini bukan main-main pengaruhnya, karena kertas bisa menentukan maju-mundurnya usaha, untung-ruginya bisnis, bahkan bisa mengguncang dunia dan penentu nasib jutaan orang.

Pertanyaannya kertas yang seperti apa sih, kok kayaknya powerful banget?

Itulah kertas-kertas surat berharga atau dikenal dengan istilah securities. Securities bisa berupa deposito, saham, reksadana, obligasi, promissory notes, draft, insurance bahkan uang kertas juga termasuk ‘kertas’ yang berharga.

Saat kertas-kertas tersebut diperdagangkan tanpa terikat dengan transaksi sebenarnya disektor riil, lalu perlahan tapi pasti pada akhirnya kertas tersebut kembali menjadi tidak berharga, seperti layaknya saat ini guncangan ekonomi kembali menimpa dunia, maka nasib jutaan manusia berada di ujung tanduk.

Roy dan Glyn Davies (1996), dalam buku The History of Money From Ancient Time to Present Day, menguraikan bahwa sepanjang abad 20 ini telah terjadi 20 kali krisis yang melanda banyak negara.. Tercatat bahwa di abad 20 krisis terjadi sejak 1907, 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, 1998-2001, 2008. Jika di rata-rata, berarti kira-kira setiap 5-10 tahun terjadi krisis akibat sistem perekonomian yang dibangun oleh kertas ini.

Jika para aktivis lingkungan hidup -termasuk kita mungkin- telah sekian lama meneriakkan suara hati, telah memprotes begitu banyak hal agar raksasa-raksasa perusahaan kertas (pulp & paper) diawasi secara ketat karena khawatir akan dampak buruknya terhadap lingkungan fisik, karena khawatir akan menggunduli hutan selain Hutan Taman Industri yang dikuasai oleh perusahaan tersebut demi terjaminnya pasokan bahan baku pabrik kertasnya, juga berbagai macam teknologi diulik sedemikian rupa agar dapat memaksimalkan proses daur ulang demi mengurangi dampak buruknya bagi kita; maka mengapa di sisi lain kita semua sampai saat ini hanya diam saja atas buruknya dampak sosial yang dibawa juga oleh 'kertas', padahal dampak kehancurannya bagi kehidupan sosial tidak kalah buruknya dengan kehancuran fisik?

Bangun lah! Sadarlah! Sudah saatnya kita melek finansial, untuk tidak terseret lagi ke situasi krisis seperti ini lagi di masa depan, hanya karena setumpuk kertas.