Kapitalisme modern saat ini, yang identik dengan imperium AS, dibangun dengan non real based economy (ekonomi yang tidak berbasis pada sektor riil/dunia usaha nyata). Dengan kata lain, kapitalisme bekerja dengan sistem investasi spekulatif melalui sektor non riil (finansial atau moneter), misalnya melalui kredit perbankan atau jual beli surat berharga seperti saham dan obligasi. Dalam ekonomi berbasis sektor keuangan inilah, kapitalisme tidak dapat dilepaskan dengan penerapan bunga/usury atau interest (riba), dengan teori yang diagung-agungkannya yaitu Time Value of Money.
Kapitalisme telah melahirkan sejumlah “kebijakan destruktif” yang kemudian dijajakan oleh Barat, terutama AS ke berbagai negara di dunia. Kebijakan tersebut nyaris diadopsi oleh sebagian besar negara di dunia termasuk di dalamnya negeri-negeri Islam.
Salah satu kebijakan tersebut adalah Kebijakan Pasar Modal. Pasar modal berupa pasar-pasar saham, surat berharga, dan mata uang. Pasar ini menjadi alat kriminal para investor raksasa untuk meraup keuntungan besar tanpa investasi yang riil. Kegiatan perekonomiannya bertumpu pada sektor ekonomi non-riil, yang pijakannya terletak pada kompetisi tidak seimbang yang mirip dengan perjudian, undian, dan penipuan.
Saat ini, perdagangan di sektor non-real ini telah sedemikian jauhnya, sehingga nilai trasanksinya berlipat ganda melebihi nilai sektor real. Hampir semua negara di dunia ini terjangkit bisnis spekulatif seperti perdagangan surat berharga/utang di bursa saham (stock exchange) berupa saham, obligasi (bonds), commercial paper, promissory notes, dsb.; perdagangan uang di pasar uang (money market); serta perdagangan derivatif di bursa berjangka. Sistem ekonomi non riil ini berpotensi besar untuk meruntuhkan sistem keuangan secara keseluruhan.
Bursa saham yang merupakan barometer aktivitas perkonomian suatu negara, tidak lebih dari sekedar arena kasino yang penuh berisi aktivitas seperti perjudian spekulasi. Dan spekulasi itulah dulu yang mengambrukkan pasar saham AS pada tahun 1929 yang menimbulkan depresi besar- besaran selama kurang lebih 10 tahun. Dan kini kondisi itu terulang kembali.
Walhasil, Kapitalisme menunjukkan kerapuhannya dalam menopang ekonomi dunia. Kerapuhan itu berlangsung tidak hanya di negara-negara miskin dan berkembang, tapi juga di negara-negara maju yang menjadi pengusung ideologi tersebut.
Disamping itu kapitalisme dengan ekonomi sektor non riilnya terbukti tidak mampu menyejahterakan umat manusia. Bangunan ekonomi spekulan itu hanya menguntungkan kalangan pemilik modal dan kaum borjuis. Oleh karena itu, agar terhidar dari kehancuran yang lebih besar, sudah saatnya kita harus melepaskan diri dari jerat kapitalisme global.
Masalahnya, ketika sistem kapitalisme menuju kehancuran, sistem sosialisme sudah lebih dulu terkubur mati, maka sistem mana yang akan di pilih??
Tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada sistem Islam, sebuah sistem yang berasal dari Yang Maha Benar dan Yang Menciptakan manusia dan akan sesuai dengan fitrah manusia, juga telah terbukti berhasil membangun kesejahteraan sosial yang tercatat pada lembaran sejarah Kekhalifahan dan Kesultanan Islam yang pernah menjadi pusat peradaban dunia. Di sisi, lain saat itu benua Eropa baru menginjak masa kebodohan, kemiskinan, kegelapan dan ketertinggalan yang mereka menyebutnya dengan ”The Dark Age”, abad kegelapan.
Namun, karena umat Islam terbuai oleh kemewahan dan kemegahan sehingga diperbudak dunia, lalu secara perlahan mereka meninggalkan ajaran agamanya, melupakan sistem perekonomiannya, dan pada akhirnya mereka terjerat oleh riba.
Kapitalisme telah melahirkan sejumlah “kebijakan destruktif” yang kemudian dijajakan oleh Barat, terutama AS ke berbagai negara di dunia. Kebijakan tersebut nyaris diadopsi oleh sebagian besar negara di dunia termasuk di dalamnya negeri-negeri Islam.
Salah satu kebijakan tersebut adalah Kebijakan Pasar Modal. Pasar modal berupa pasar-pasar saham, surat berharga, dan mata uang. Pasar ini menjadi alat kriminal para investor raksasa untuk meraup keuntungan besar tanpa investasi yang riil. Kegiatan perekonomiannya bertumpu pada sektor ekonomi non-riil, yang pijakannya terletak pada kompetisi tidak seimbang yang mirip dengan perjudian, undian, dan penipuan.
Saat ini, perdagangan di sektor non-real ini telah sedemikian jauhnya, sehingga nilai trasanksinya berlipat ganda melebihi nilai sektor real. Hampir semua negara di dunia ini terjangkit bisnis spekulatif seperti perdagangan surat berharga/utang di bursa saham (stock exchange) berupa saham, obligasi (bonds), commercial paper, promissory notes, dsb.; perdagangan uang di pasar uang (money market); serta perdagangan derivatif di bursa berjangka. Sistem ekonomi non riil ini berpotensi besar untuk meruntuhkan sistem keuangan secara keseluruhan.
Bursa saham yang merupakan barometer aktivitas perkonomian suatu negara, tidak lebih dari sekedar arena kasino yang penuh berisi aktivitas seperti perjudian spekulasi. Dan spekulasi itulah dulu yang mengambrukkan pasar saham AS pada tahun 1929 yang menimbulkan depresi besar- besaran selama kurang lebih 10 tahun. Dan kini kondisi itu terulang kembali.
Walhasil, Kapitalisme menunjukkan kerapuhannya dalam menopang ekonomi dunia. Kerapuhan itu berlangsung tidak hanya di negara-negara miskin dan berkembang, tapi juga di negara-negara maju yang menjadi pengusung ideologi tersebut.
Disamping itu kapitalisme dengan ekonomi sektor non riilnya terbukti tidak mampu menyejahterakan umat manusia. Bangunan ekonomi spekulan itu hanya menguntungkan kalangan pemilik modal dan kaum borjuis. Oleh karena itu, agar terhidar dari kehancuran yang lebih besar, sudah saatnya kita harus melepaskan diri dari jerat kapitalisme global.
Masalahnya, ketika sistem kapitalisme menuju kehancuran, sistem sosialisme sudah lebih dulu terkubur mati, maka sistem mana yang akan di pilih??
Tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada sistem Islam, sebuah sistem yang berasal dari Yang Maha Benar dan Yang Menciptakan manusia dan akan sesuai dengan fitrah manusia, juga telah terbukti berhasil membangun kesejahteraan sosial yang tercatat pada lembaran sejarah Kekhalifahan dan Kesultanan Islam yang pernah menjadi pusat peradaban dunia. Di sisi, lain saat itu benua Eropa baru menginjak masa kebodohan, kemiskinan, kegelapan dan ketertinggalan yang mereka menyebutnya dengan ”The Dark Age”, abad kegelapan.
Namun, karena umat Islam terbuai oleh kemewahan dan kemegahan sehingga diperbudak dunia, lalu secara perlahan mereka meninggalkan ajaran agamanya, melupakan sistem perekonomiannya, dan pada akhirnya mereka terjerat oleh riba.
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (An-Nisa : 161)
Perlahan-lahan negeri-negeri Islam berhasil dijajah dan dipecahbelah. Pada akhirnya mereka meniru sistem ekonomi dari para penjajahnya, yang sampai saat ini masih dijajah walaupun mengaku sebagai negara merdeka.
Jadi kapan kah kita akan kembali kepada sistem kita?
Di saat sistem kapitalis yang diagung-agungkan itu runtuh, sekarang lah saat nya!
2 komentar:
Masalahnya kepercayaan. Awam lebih percaya pada sistem yang sudah mapan. Dan di Indonesia kapitalisme sudah memiliki itu, meskipun pondasinya rapuh.
Sudah terbentuk sistem edukasi kepada awam untuk melestarikan kapitalisme. Sasarannya kita intelektual muda yang dicekoki bagaimana mencari high return dari capital gain. Bagaimana menjadikan uang berlipat-lipat dalam waktu sesingkat mungkin. Pelatihan ditawarkan di iklan-iklan di koran. Diktat-diktat "pelajaran" bertabutan di internet.
Tantangannya, bagaimana ekonomi syariah bisa mendapat kepercayaan awam. Harus ada edukasi yang sistematis tentang ekonomi syariah kepada awam.
Alan Satria
Thx kang Alan, dan itu lah juga salah satu tujuan blog ini.
Sebagai seorang praktisi perbankan syariah, saya merasa terpanggil untuk turut mensosialisasikan sistem ini kepada masyarakat luas.
-fahri-
Posting Komentar