Para spekulan tidak puas hanya dengan minyak, tapi komoditas-komoditas penting lainnya pun tidak luput dari permainan mereka seperti batu-bara, CPO, dll. Walaupun demikian, biarlah kita asumsikan disini bahwa hanya minyaklah yang sudah tidak mencerminkan hukum supply-demand akibat ulah para spekulan sementara komoditas lain terbebas dari itu. Kita anggap saja begitu.
Akibat harga minyak membumbung setinggi langit, harga komoditas yang menjadi sumber energi juga ikut naik. Mahalnya harga minyak memaksa para pelaku bisnis untuk melirik sumber energi lain yang lebih murah khususnya coal dan gas, yang karena itu permintaan akan coal & gas meningkat pesat sehingga harganya naik.
Naiknya harga coal memicu para pelaku bisnis berlomba-lomba terjun membuka pertambangan. Di tahun 2007 terjadi booming coal, dan Indonesia berhasil menjadi produsen sekaligus eksportir coal terbesar di dunia berkat ‘sumbangan’ dua pulau, yaitu Sumatera dan Kalimantan yang menurut Kementrian ESDM memiliki kandungan coal terbesar di Indonesia, masing-masing sebesar 27,3 dan 32,9 miliar metrik ton sehingga total deposit coal di Indonesia sebesar ±60,5 miliar metrik ton.
Di sisi lain, booming coal membuat berjuta-juta hektar lahan hijau akhirnya dikorbankan menjadi tambang. Hutan di Sumatera dan Kalimantan semakin hari semakin menipis. Hal tersebut membuat para pemerhati lingkungan gerah, karena efek dari global warning sudah semakin terasa akibat dari emisi gas rumah kaca (H2O(g), CO2, CH4, N2O, CFC atau freon dari senyawa florin klorin dan bromin) yang terus meningkat, khususnya disebabkan dari hasil pembakaran bahan bakar bersenyawa hidro-karbon.
Kemudian diserukanlah penggunaan bahan-bakar terbarukan yang ramah lingkungan yang dikenal dengan biofuel. Salah satu bahan baku biofuel yang paling mudah didapatkan dan paling berlimpah ketersediaannya di dunia adalah minyak kelapa sawit atau CPO (crude palm oil), karena CPO dapat diolah menjadi biodiesel. Namun sayangnya, permintaan CPO juga tinggi, tidak hanya untuk biofuel, CPO diperlukan untuk beragam produk seperti minyak goreng, mentega, margarin, emulsi makanan, sabun, kosmetik, dll. Inilah yang menyebabkan CPO menjadi primadona sehingga harganya pun turut naik dan booming.
Seperti halnya yang terjadi pada batubara, naiknya harga CPO memicu pertumbuhan industri kelapa sawit dalam rangka memenuhi banyaknya permintaan. Walaupun secara kasat mata kerusakan lahan tidak separah yang terjadi karena aktivitas pertambangan, namun tetap saja banyak lahan yang tadinya hutan hujan tropis beralih menjadi kawasan perkebunan. Kembali lagi, dua pulau Sumatera dan Kalimantan lah yang menjadi korban. Hal ini juga diteriaki oleh para pemerhati lingkungan, karena fungsi hutan untuk menyerap emisi gas rumah kaca khususnya CO2 semakin menurun. Padahal Sumatera dan Kalimantan adalah bagian dari paru-paru penghasil oksigen yang paling penting di dunia. Berkurangnya hutan juga berarti berkurangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem. Sampai akhirnya muncul slogan Green Peace: “Pohon kok makan pohon, palm oil should not destroy forrest.”
Selain desakan dari pemerhati lingkungan, booming dan tingginya harga CPO membuat para produsen biodiesel -yang sudah pasti ingin untung- berfikir panjang. Apakah memang membuat biodiesel dari CPO itu menguntungkan atau malah merugikan. Setelah dihitung-hitung kok ternyata ongkos produksi membuat biodiesel dari CPO justru malah lebih mahal dari ongkos lifting (nge-bor) dan memurnikan crude oil dari dalam perut bumi menjadi BBM siap pakai. Kalau gitu buat apa dong? Biodiesel tetap gak akan laku, karena orang akan membeli BBM hidrokarbon yang lebih murah. Hal inilah yang membuat negara sekuat German, akhirnya terpaksa menghentikan proyek biodieselnya untuk sementara waktu.
Tidak kehilangan akal dicarilah bahan baku biofuel lain selain CPO. Mulailah dilirik pohon jarak, sorgum (sejenis gandum kasar), dan singkong. Dalam hal ini singkong dapat menghasilkan bioetanol. Biaya untuk memproduksi seliter bioetanol berbahan baku singkong berkisar Rp3.400- Rp4.000. Satu liter bioetanol terbuat dari 6,5 kg singkong. Meski harga jualnya lebih mahal ketimbang premium, bioetanol laku di pasaran karena teruji dan terbukti dilapangan menghasilkan kinerja mesin lebih bagus dengan konsumsi bahan bakar lebih hemat 20-30 persen.
Di banyak negara, khususnya AS lahan-lahan pertanian berubah menjadi lahan tanaman biofuels. Hal ini menyebabkan produksi pangan dunia terus tergerus, sementara populasi semakin meningkat dengan kebutuhan pangan yang semakin besar. Akhirnya harga pangan secara intrnasional pun membumbung tinggi, dan derita rakyat jelata yang sudah sulit menjadi semakin sulit.
Di saat pasar modal dan pasar uang runtuh, diikuti oleh turunnya harga crude oil secara drastis semuanya pun ikut terseret. Industri yang sudah terlanjur beralih dari minyak ke coal tidak dapat dengan mudah mengubah instalasinya untuk membeli minyak yang saat ini harganya lebih murah dari coal. Disaat harga minyak turun, jutaan hektar hutan yang telah beralih menjadi lahan perkebunan dilanda krisis karena anjloknya harga CPO, dan jutaan hektar lahan pertanian yang sudah terlanjur beralih menjadi ladang biofuel pun tidak dapat dikembalikan fungsinya dengan mudah, sementara krisis pangan sudah siap mengancam dunia.
Kini kita sudah sampai pada suatu keadaan dimana dunia diancam krisis pangan, kerusuhan, dan kelaparan. Sejak awal tahun 2008, setiap hari 26.500 anak-anak mati akibat kelaparan apalagi ketika harga-harga bahan pokok semakin mahal dan semakin sulit diperoleh.
Bahkan kelaparan tidak hanya menerjang benua Afrika, namun sudah melanda negara super power. Departemen Pertanian AS menyampaikan berita yang cukup mengejutkan bahwa sejak tahun 2007 telah terjadi kelaparan di AS. Hal tersebut berdasarkan studi yang mereka lakukan ke 45.600 rumah tangga yang mewakili 118 juta keluarga.
Menurut laporan Deptan AS, pada tahun 2007 saja, sekitar 700.000 anak-anak AS teridentifikasi berada dalam kondisi "keamanan pangan" yang sangat rendah atau dengan kata lain dapat disebut mengalami kelaparan. Hasil studi itu menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang AS, atau hampir 11,9 juta warga AS kelaparan pada tahun 2007.
Presiden Food Research and Action Center, James Weill mengungkapkan, jumlah orang yang kelaparan di AS kemungkinan akan terus bertambah, bahkan hingga 50 persen pada tahun 2008 ini. “Berdasarkan pada meningkatnya permintaan tahun ini di tempat-tempat pengambilan kupon makanan, permintaan akan dapur umum darurat, juga permintaan klinik untuk kaum perempuan, anak-anak dan balita di seluruh struktur layanan sosial, cukup beralasan untuk mengatakan bahwa jumlah orang yang kelaparan akan bertambah banyak,” papar Weill.
Tanggal 26 November 2008, Washington Post memberitakan bahwa permintaan kupon makanan di kalangan rakyat AS mencapai angka tertinggi pada bulan November kemarin yaitu sebesar 30 juta kupon. Para analis berpendapat bertambahnya pengangguran yang mencapai 6,5 persen di bulan Oktober dan diperkirakan bertambah menjadi 8 persen sampai akhir tahun 2009 serta mahalnya bahan pangan, menjadi penyebabnya meningkatnya jumlah permintaan kupon makanan. Kenaikan harga yang sangat cepat justru terjadi pada bahan makanan utama warga AS seperti telur dan roti.
Setelah terjadi kondisi seperti ini, yang bermula dari ulah para spekulan dalam melonjakkan harga crude oil yang berakhir dengan krisis pangan, semua tergantung kita. Apakah manusia tersadar dengan teguran dari langit berupa krisis pangan yang siap menerkam, yang dengan itu manusia kembali ke jalan yang benar?
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [Ar-Ruum : 41]
1 komentar:
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Posting Komentar