Ditengah banyaknya penduduk dunia yang terancam kelaparan, termasuk di AS yang mulai kelaparan sejak tahun 2007, disertai dengan kondisi krisis finansial global yang menggerogoti negeri-negeri di barat maupun di timur, terdapat suatu kawasan yang sepertinya tidak terlalu ambil pusing terhadap krisis. Kawasan itu berada di tengah-tengah belahan bumi antara barat dan timur, yaitu Timur Tengah.
Kawasan ini dahulu tandus dipenuhi padang pasir, namun berkat sumber daya alamnya yang kaya akan minyak dan gas bumi, kawasan ini menjadi makmur. Dari hasil eksploitasi migas mereka mendapatkan petro dollar yang berlimpah. Dari dana tersebut mereka dapat membangun kota-kota yang dulu hanyalah gurun pasir. Di gurun yang panas dan tandus, tidak banyak ditemukan oase. Air minum diperoleh dengan teknologi yang menggunakan prinsip reverse osmosis (kebalikan dari bikin telur asin), mereka olah air laut yang asin menjadi air tawar menyegarkan. Mereka bangun bendungan untuk mengalirkan air-air ke berbagai daerah dan melakukan berbagai macam cara agar daerah tersebut menjadi hijau dan layak huni. Lalu mereka bangun kota yang sangat modern di atasnya, real estate dan apartemen, gedung-dedung pencakar langit tercanggih dan hotel-hotel termewah di dunia.
Mari kita tengok salah satu negara di Middle East yang unik dan akhir-akhir ini selalu menggoncangkan dunia, Uni Emirat Arab (UEA). Perusahaan penerbangannya, Fly Emirates, pernah menjadi sponsor utama salah satu klub elit di Liga Inggris yang akrab dipanggil The Blues, Chelsea. Bahkan di tahun 2008, giliran Manchester City yang dibeli oleh konglomerat asal Ibukota UEA, Abu Dhabi.
Kawasan ini dahulu tandus dipenuhi padang pasir, namun berkat sumber daya alamnya yang kaya akan minyak dan gas bumi, kawasan ini menjadi makmur. Dari hasil eksploitasi migas mereka mendapatkan petro dollar yang berlimpah. Dari dana tersebut mereka dapat membangun kota-kota yang dulu hanyalah gurun pasir. Di gurun yang panas dan tandus, tidak banyak ditemukan oase. Air minum diperoleh dengan teknologi yang menggunakan prinsip reverse osmosis (kebalikan dari bikin telur asin), mereka olah air laut yang asin menjadi air tawar menyegarkan. Mereka bangun bendungan untuk mengalirkan air-air ke berbagai daerah dan melakukan berbagai macam cara agar daerah tersebut menjadi hijau dan layak huni. Lalu mereka bangun kota yang sangat modern di atasnya, real estate dan apartemen, gedung-dedung pencakar langit tercanggih dan hotel-hotel termewah di dunia.
Mari kita tengok salah satu negara di Middle East yang unik dan akhir-akhir ini selalu menggoncangkan dunia, Uni Emirat Arab (UEA). Perusahaan penerbangannya, Fly Emirates, pernah menjadi sponsor utama salah satu klub elit di Liga Inggris yang akrab dipanggil The Blues, Chelsea. Bahkan di tahun 2008, giliran Manchester City yang dibeli oleh konglomerat asal Ibukota UEA, Abu Dhabi.

Selain Abu Dhabi, berjalan sedikit ke timur laut terdapat sebuah kota lain di UEA yang juga penting kedudukannya bagi dunia, Dubai. Bahkan dari segi pesatnya kemajuan pembangunan, Dubai sebagai pusat perekonomian UEA lebih maju dari Ibukotanya sendiri.

Bayangkan tatkala rakyat Amerika mulai kelaparan, begitu pula negara barat dan timur kacau karena krisis, di Dubai pada bulan November 2008 lalu malah diresmikan sebuah hotel yang paling mewah di dunia. Hotel itu diberi nama “Atlantis, The Palm”. Ini adalah fotonya saat masih dalam masa pembangunan:

Dinamakan Atlantis karena hotel canggih dan mewah tersebut dibangun menjorok ke laut di lahan hasil reklamasi, sehingga mirip dengan dongeng negeri Atlantis.
Diberi istilah Palm karena areal tersebut banyak dihiasi dengan pepohonan jenis palem-paleman (family palmae). Bahkan apabila dilihat dari atas, seluruh hotel berada di sebuah pulau buatan yang didesain seperti layaknya sebuah pohon palem.

Indahnya, sugguh menakjubkan !

Saat diresmikan beberapa waktu lalu, lebih dari 2.000 selebretis top dunia menghadiri acara tersebut. Gak tanggung-tanggung peresmian dimeriahkan dengan pesta yang menghabiskan biaya 20 juta dollar AS, hanya untuk membakar kembang api. Konon pesta kembang abi itu adalah pesta kembang api terbesar abad ini, tepatnya 7x lebih besar dari pesta pembukaan Olimpiade di Beijing kemarin.

Hotel ini memiliki 1.539 kamar dengan tarif per malam sebesar 35,000 dollar AS. Dilengkapi dengan taman air yang terbesar di Timur Tengah dan akuarium raksasa yang dapat menampung 65.000 ikan. Lebih dari semua itu, pembangunan seluruh areal hotel memakan biaya 1,5 miliar dollar AS.
Sementara Hotel Atlantis diresmikan, di belahan bumi yang lain, tepatnya di Amerika, sejumlah petinggi dan pejabat dari berbagai negara tengah berkumpul dalam forum G-20 untuk membahas jalan keluar dari krisis finansial global. Usulan negara kita yang disampaikan oleh Presiden SBY saat itu, ternyata diterima dan disambut baik oleh sidang, yaitu bahwa diperlukan pembentukan lembaga investasi yang memiliki dana untuk penyelamatan krisis di berbagai negara.
Lembaga tersebut dikenal dengan istilah SWF (Sovereign Wealth Funds). Mudahnya SWF adalah lembaga keuangan yang mengelola ‘dana abadi’ untuk kesejahteraan dan tidak akan jatuh bangkrut/pailit (sovereign). Seperti diberitakan oleh Investor Daily tanggal 28 November 2008, bahwa di dunia telah terdapat beberapa SWF yang dibentuk. Ternyata SWF yang terbesar adalah SWF asal UEA, yaitu Abu dhaby Investment Authority yang memiliki dana untuk bantuan sebesar 875 miliar dollar AS, bahkan menurut sumber lain sudah mencapai 1,32 triliun dollar AS. Tercatat di nomor urut dua adalah SWF milik Norwegia, The Government Pension Fund of Norway yang memiliki dana sebesar 391 miliar dollar AS, atau hanya 30-40% dari milik Abu Dhabi. Dan berikutnya diikuti oleh SWF-SWF lain dengan dana yang lebih kecil.
Bandingkan dengan kita, cadangan devisa kita per akhir Oktober 2008 adalah sekitar 50,6 miliar dollar Amerika (5% dari SWF-nya Abu Dhabi). Jompang sekali ya?
Apa inti dari semua ini?
Bahwa tatanan perekonomian dunia telah berubah. Untuk apa kita masih berkiblat ke negara-negara barat yang ternyat tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri? Untuk apa kita masih menganut sistem ekonomi yang ternyata tidak mampu menyelamatkan negara yang menciptakan dan memakai sistem tersebut? Oleh karena itu, sungguh tidak layak bagi kita Indonesia, jika ingin survive, apabila kita tetap berkiblat kepadanya.
Timur tengah kaya akan petro dollar, dan tentunya tidak sembarangan pihak dapat menarik dana berlimpah itu untuk menyelamatkan atau berinvestasi di negerinya, karena syarat mutlak dari negara-negara di Middle East adalah bahwa dana tersebut harus dikelola dengan prinsip syariah (sharia compliance).
Potensi Islamic Finance di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata perbankan syariah di Indonesia lebih besar dari 50% per tahun. Bank-bank asing berlomba membuka bisnis unit syariah. Para investor asing saat ini sedang mengintip pasar di Indonesia untuk berlomba membuka layanan syariah. Namun kita masyarakatnya, masih saja tidur dan belum juga sadar bahwa kita adalah The Sleeping Giant of Islamic Finance in the World. Padahal begitu besar potensi ekonomi yang dapat dikembangkan dari dana yang dikelola secara Islamic Finance.
Inilah saatnya bangkit! Sebagai seorang praktisi Islamic Finance, saya menyerukan dan mengajak seluruh lapisan masyarakat, mari kita turut berpartisipasi dalam mengembangkan Islamic Finance, bergabunglah menjadi nasabah perbankan syariah, kunjungilah cabang-cabang bank syariah terdekat, dan bebaskanlah diri kita dari buruknya riba.
Sementara Hotel Atlantis diresmikan, di belahan bumi yang lain, tepatnya di Amerika, sejumlah petinggi dan pejabat dari berbagai negara tengah berkumpul dalam forum G-20 untuk membahas jalan keluar dari krisis finansial global. Usulan negara kita yang disampaikan oleh Presiden SBY saat itu, ternyata diterima dan disambut baik oleh sidang, yaitu bahwa diperlukan pembentukan lembaga investasi yang memiliki dana untuk penyelamatan krisis di berbagai negara.
Lembaga tersebut dikenal dengan istilah SWF (Sovereign Wealth Funds). Mudahnya SWF adalah lembaga keuangan yang mengelola ‘dana abadi’ untuk kesejahteraan dan tidak akan jatuh bangkrut/pailit (sovereign). Seperti diberitakan oleh Investor Daily tanggal 28 November 2008, bahwa di dunia telah terdapat beberapa SWF yang dibentuk. Ternyata SWF yang terbesar adalah SWF asal UEA, yaitu Abu dhaby Investment Authority yang memiliki dana untuk bantuan sebesar 875 miliar dollar AS, bahkan menurut sumber lain sudah mencapai 1,32 triliun dollar AS. Tercatat di nomor urut dua adalah SWF milik Norwegia, The Government Pension Fund of Norway yang memiliki dana sebesar 391 miliar dollar AS, atau hanya 30-40% dari milik Abu Dhabi. Dan berikutnya diikuti oleh SWF-SWF lain dengan dana yang lebih kecil.
Bandingkan dengan kita, cadangan devisa kita per akhir Oktober 2008 adalah sekitar 50,6 miliar dollar Amerika (5% dari SWF-nya Abu Dhabi). Jompang sekali ya?
Apa inti dari semua ini?
Bahwa tatanan perekonomian dunia telah berubah. Untuk apa kita masih berkiblat ke negara-negara barat yang ternyat tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri? Untuk apa kita masih menganut sistem ekonomi yang ternyata tidak mampu menyelamatkan negara yang menciptakan dan memakai sistem tersebut? Oleh karena itu, sungguh tidak layak bagi kita Indonesia, jika ingin survive, apabila kita tetap berkiblat kepadanya.
Timur tengah kaya akan petro dollar, dan tentunya tidak sembarangan pihak dapat menarik dana berlimpah itu untuk menyelamatkan atau berinvestasi di negerinya, karena syarat mutlak dari negara-negara di Middle East adalah bahwa dana tersebut harus dikelola dengan prinsip syariah (sharia compliance).
Potensi Islamic Finance di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata perbankan syariah di Indonesia lebih besar dari 50% per tahun. Bank-bank asing berlomba membuka bisnis unit syariah. Para investor asing saat ini sedang mengintip pasar di Indonesia untuk berlomba membuka layanan syariah. Namun kita masyarakatnya, masih saja tidur dan belum juga sadar bahwa kita adalah The Sleeping Giant of Islamic Finance in the World. Padahal begitu besar potensi ekonomi yang dapat dikembangkan dari dana yang dikelola secara Islamic Finance.
Inilah saatnya bangkit! Sebagai seorang praktisi Islamic Finance, saya menyerukan dan mengajak seluruh lapisan masyarakat, mari kita turut berpartisipasi dalam mengembangkan Islamic Finance, bergabunglah menjadi nasabah perbankan syariah, kunjungilah cabang-cabang bank syariah terdekat, dan bebaskanlah diri kita dari buruknya riba.